Minggu, 16 Februari 2014

Terima Kasih, Tukang Odong-Odong

Minggu pagi. Seperti biasa, kasur menahan diriku lebih lama. Tapi ternyata tidak dengan kasur milik bapak yang satu itu. Karena saat ini, ia sudah ada di depan rumahku. Terdengar lagu anak-anak dari tape-nya.

Kalau Anda belum bisa menebak siapa orangnya, mari sini aku perkenalkan dengannya.
Mengenai nama, aku memang tak tahu. Tapi mari kita sebut saja ia tukang odong-odong, karena itulah pekerjaannya. Anda tahu odong-odong kan, ya?

Iya, mainan yang berupa bianglala mini atau mobil balap atau kuda-kudaan, yang harus dikayuh dulu agar bisa berputar/bergerak. Di mana saat anak kecil naik di atasnya akan diiringi dengan lagu anak-anak.


Lagu anak-anak yang jaman sekarang ini sudah langka. Oleh karenanya, setiap kali ada tukang odong-odong aku merasa senang. Senang karena bisa bernostalgia. Senang karena anak-anak itu, yang bermain odong-odong, bisa mendengarkan lagu anak-anak meski itu lagu lama. Terkadang bukan lagu anak-anak saja yang terdengar, bisa juga lagu daerah yang entah diajarkan atau tidak di PAUD/TK mereka. Bahkan lagu nasional yang musiknya menghentak seperti lagu Garuda Pancasila atau Hari Merdeka.

Jadi, pada surat kali ini aku ingin mengucapkan terima kasih padanya, Tukang Odong-Odong. Disadari atau tidak, ia sudah melestarikan lagu anak-anak. Terima kasih, pak. Semoga rejekimu selalu dilipatgandakan oleh-Nya.
Pesanku satu, pak. Jangan kau ganti lagu anak-anak itu dengan lagu dangdut koplo-remix.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar