Selasa, 25 September 2012

[Resensi] Dark Love

Judul: dark Love

Penulis: Ken Terate

Tebal: 248 halaman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Harga: Rp. 40.000,-

Rating: 5 of 5 stars









Sudah lama saya tidak membaca teenlit. Terakhir kali teenlit yang saya baca adalah Jingga dalam Elegi karya Esti Kinasih, yang mana itu sekitar satu tahun yang lalu. Selain lagi suka baca metropop, rasanya kok agak malu ya baca teenlit, merasa nggak cocok aja gitu sama umur. Padahal kan banyak kisah remaja yang memang bagus untuk dibaca, terlepas kita masih atau sudah tidak dalam fase tersebut.

Kali ini saya ingin mengulas tentang novel teenlit berjudul Dark Love karya Ken Terate. Hmm.. siapa sih yang nggak kenal seorang Ken Terate? Karyanya sudah banyak di pasaran. Jadi bagi penggemar buku pasti sudah tidak asing dengan namanya. Tapi sayangnya, ini kali pertama saya baca buku yang ditulis olehnya *facepalm*. Ya sudahlah ya, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan? *mencari pembenaran*

Oke, langsung aja.



Jadi, Dark Love ini menceritakan tentang seorang gadis remaja bernama Kirana. Kirana ini kebanggaan orang tuanya, karena ia pintar dan tipe anak yang penurut. Namun siapa sangka, ia yang menjadi kebanggaan orang tua, guru-guru dan teman-temannya malah melakukan kesalahan yang fatal. Di usianya yang menjelang 18 tahun, Kirana ternyata hamil. Apakah Kirana seorang cewek 'nakal' yang menganut free sex dalam hidupnya? Ataukah dia merupakan korban perkosaan? Bukan. Kedua pertanyaan tadi bukan jawaban dari penyebab kehamilan Kirana. Sebab sebenarnya adalah karena ia hamil oleh pacarnya sendiri. Di mana mereka melakukan persetubuhan dengan rasa sadar. Semua itu terjadi karena darah muda mereka yang sedang bergejolak.

Permasalahan pun menjadi kompleks karena ternyata pacar Kirana adalah sahabatnya sendiri. Sahabat satu geng, lebih tepatnya. Nama geng tersebut adalah Hi 4, terdiri dari 3 cewek yaitu Kirana, Maria dan Chacha, serta 3 cowok yaitu Andra, Alvin dan Banyu. Kirana menyebut pacarnya tu dengan sebutan my prince. Dari keempat sahabatnya yang lain, tidak ada yang tahu bahwa Kirana dan my prince menjalin hubungan. Oleh karenanya, Kirana tidak ingin teman-temannya, terutama anggota Hi 4, tahu bahwa dia sedang hamil. Apalagi dia tidak ingin merusak reputasi pacarnya yang tampan, paling cerdas di sekolah dan merupakan tulang punggung keluarganya.

Siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan my prince oleh Kirana? Apakah Andra? Alvin? Atau Banyu? Daripada penasaran, segera temukan jawabannya dengan membaca novel Dark Love ini! :)

Lalu, apa yang menjadi keunggulan dari novel ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah tentang identitas si my prince. Membaca novel ini saya seperti diajak bermain petak umpet oleh Ken Terate mengenai sosok my prince. Setiap kali scene Kirana dan Andra, saya yakin bahwa si my prince ini adalah Andra. Tapi keyakinan saya goyah ketika Kirana berinteraksi dengan Alvin. Dan saya semakin bingung waktu Kirana dan Banyu terlibat dalam satu adegan. Meskipun sudah disebutkan ciri-ciri si my prince ini dan saya mulai yakin siapa dia sebenarnya, tetapi setiap kali Kirana berinteraksi dengan dua sahabatnya yang lain selalu membuat keyakinan saya goyah. Yah, Ken Terate sangat pintar mempermainkan pikiran saya. Sebuah penulisan yang rapih dan cerdas, menurut saya. 

Selain itu, tema yang diangkat dalam novel ini bagus sekali yaitu tentang hamil di luar nikah dan masih di usia yang remaja. Bagaimana pada saat kita remaja sering penasaran untuk bersentuhan dengan lawan jenis tanpa mengetahui akibatnya bahwa sentuhan itu bisa membawa kita ke perlakuan yang lebih dan tentunya tidak boleh dilakukan. Bagaimana kelanjutan pendidikan kita jika kita hamil sementara sekolah tidak menginginkan ada siswinya yang hamil. Isu-isu seperti inilah yang Ken bahas dalam novel Dark Love ini. Meski disayangkan, ciri-ciri kehamilan yang dialami Kirana kurang terlalu rinci.

Tema persahabatan juga terdapat dalam novel ini. Di mana saat geng Hi 4 akhirnya mengetahui Kirana hamil, mereka tidak meninggalkannya, justru mendukung dan tetap berada di sampingnya. Bahkan saat Kirana dan my prince akan dikeluarkan dari sekolah, mereka pun ikut berdiri membela kedua sahabatnya tersebut. Novel ini bukan jenis novel yang di dalamnya bertebaran quotes, tapi saya yakinkan banyak pelajaran yang bisa diambil setelah kita membacanya.

Sebenarnya dengan cerita dan gaya penulisan yang bagus, saya merasa cover-nya agak kurang 'menggigit' ya. Meski bunga Daisy itu mungkin mencerminkan 'should I do it, should I not' yang menggambarkan keresahan Kirana apakah ia harus melakukan aborsi atau tidak.

Adapun beberapa kesalahan ketik yang saya temukan adalah sebagai berikut:
-hal 20: "Om itu itu aneh deh..." ("Om itu aneh deh...")
-hal 23: Aston Kuchter (Kutcher)
-hal 34: "...paling sebal kalau ada anak yang masuk tanpa ijin." (...ada anak yang nggak masuk tanpa ijin.")
-hal 57: singel (single)
-hal 77: "...kehilangan kejeniusan ya..." (kejeniusannya), lebai (lebay?)
-hal 83: Zac Afron (Efron)
-hal 94: Rihana (Rihanna)
-hal 120: Avin (Alvin)

Meski ada beberapa kekurangan dalam novel ini, tapi bagi saya penulisan yang 'rapih' dan cerdas dari Ken mampu mengalihkan saya. Jujur saja, saya tipe pembaca yang kalau penasaran pasti akan baca 2-3 bab terakhir untuk mengetahui akhir ceritanya seperti apa. Tapi saat baca buku ini saya tidak melakukannya, lebih tepatnya tidak ingin melakukannya. Alasan saya sederhana, yaitu karena saya ingin mengetahui 'sepintar' apa Ken menyembunyikan sosok my prince. Selain itu, saya seperti sudah terlanjur menikmati 'permainan' yang dibuat oleh Ken. Akhir kalimat, dua kata untuk novel ini: well written! :)

1 komentar: