Rabu, 04 November 2015

Another Prolog

Jadi....kemarin iseng buka-buka folder di laptop terus nemu draft yang seperti biasa, menggantung kayak hubungan aku dan dia...*halah* Pas baca ulang, heran sendiri, bener nih gue yang nulis, da asa nggak percaya. Begitu sampai selesai, bingung sendiri ini premisnya apa, konfliknya apa.Saking lamanya dianggurin, jadi lupa. Samalah kalau kelen punya pacar, jangan sampai dianggurin nanti dia lupa punya pacar kamu. hahahaha....

Kalau mau baca draftnya, monggoooo... Jangan lupa kasih komentar, yes :)


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Semuanya dimulai saat kamu dan keluargamu datang ke rumahku, dan berbicara pada ayah bahwa kau ingin meminangku untuk menjadi istrimu. Tahukah kamu apa perasaan aku saat itu? Senang dan terharu bercampur menjadi satu perasaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Lalu para orangtua kita memilih dan menetapkan ‘tanggal baik’ untuk penyelenggaraan pernikahan kita. Serta tidak lupa membentuk panitia kecil agar pernikahan kita nantinya berjalan lancar. Mulai saat itu hidup kita tak sama lagi dengan yang dulu. Kita mulai disibukkan dengan segala macam pernak-pernik pernikahan. Mulai dari memilih undangan, foto pra wedding, fitting kebaya, menentukan menu catering, dan hal lainnya yang menyita waktu,tenaga dan pikiran kita. Dan aku selalu suka saat kamu berkata “rasanya semakin hari semakin aku sayang kamu” di sela-sela kesibukan kita itu.
Tiba saatnya kamu mengucapkan ijab kabul yang terdengar syahdu di telingaku sehingga membuatku menangis terharu dan mengucap syukur padaNya ‘terimakasih Tuhan, karena Kau telah mengirim kamu dalam hidupku’.  Dan kita telah resmi menjadi pasangan suami-istri. I’m yours and You are mine.
Pesta pernikahan digelar. Kamu mengajakku ke atas panggung kecil di sudut ruangan dan mulai menyanyikan lagu Tak Sebebas Merpati milik Kahitna. Lagu yang telah kita pilih sebagai one of our wedding songs. Lagu yang mengingatkanku pada suatu malam setelah kamu melamarku. Saat itu setelah kamu pulang dan sampai di rumah, kamu meneleponku. Namun setelah aku angkat, tidak ada sahutan dari ujung teleponmu. Hingga beberapa detik kemudian terdengar denting piano dan suaramu yang mulai menyanyi. Kini, kali kedua aku mendengar kamu menyanyikan lagu itu, perasaanku tetap sama seperti dahulu, tersanjung, terharu sekaligus bahagia.  Ahh.. betapa aku mencintaimu.
Sore hari, setelah resepsi selesai, kita pulang ke rumah. Tentu saja rumah kita. Rumah yang kita beli karena kita langsung jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihatnya. Rumah mungil dua lantai dengan halaman belakang yang sangat pas untuk tempat anak-anak kita bermain. Ada balkon di lantai dua, tempat kita dapat melihat bintang bersama. Dan aku sangat berterimakasih padamu karena telah menyiapkan sebuah ruangan kecil di lantai dua dengan sebuah jendela yang cukup besar di salah satu sisinya. Sebuah ruangan untuk menyimpan semua buku-bukuku, untuk tempat aku membaca dan menulis. “Aku menyiapkan ini semua agar kamu nyaman saat membaca, agar kamu lebih tenang saat menulis” katamu. And I’m falling in love over and over again with you,honey.
Mulai sekarang, kehidupan kita berpusat di rumah ini. Pagi hari yang sibuk dari arah dapur saat aku membuatkan sarapan dan secangkir kopi hangat untukmu. Lalu kamu berteriak dari dalam kamar “sayaaaaang, sini dong, tolong pakaikan dasiku”. Ya, kamu memang lebih manja setelah menikah. Bahkan untuk sekadar memakai dasi pun kamu butuh pertolonganku. Tapi aku suka. Aku selalu suka mengurusmu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dan ketika kamu harus pergi ke kantor, kamu tak pernah lupa untuk mengecup dahi dan bibirku, serta berucap “I love you. Always love you”.
Sedikit agak siang, aku pergi ke taman bacaan yang dikelola bersama temanku. Setiap hari senin, rabu dan kamis aku mendapat giliran untuk mendongeng. Aku sangat mencintai pekerjaan yang dikelilingi buku ini. Sama seperti halnya aku mencintai hidupku yang selalu dikelilingi oleh kamu J
Sore hari, kamu menjemputku di taman bacaan. Terkadang kamu menyempatkan diri untuk bermain dengan anak-anak yang kebetulan sedang ada di sana. Betapa menyenangkannya melihat kamu bermain dengan mereka. Aku pun tak sabar untuk segera mempunyai anak dan melihatmu bermain riang dengannya. Dalam perjalanan pulang, kamu tak henti-hentinya berceloteh tentang kelucuan anak-anak itu. Aku tersenyum dan menanggapinya, ” Semoga aku bisa cepat-cepat mengandung anak kamu ya. Semoga”.
            Dan ketika malam tiba,kita melepas penat setelah seharian berkaktivitas, sambil menonton tv atau kamu yang  membaca buku, aku bersandar di bahumu, sambil sesekali kamu mengelus rambutku. Lain waktu, kita duduk di balkon ditemani teh hangat dan bintang yang bertaburan di langit, membicarakan apa pun yang ingin dibicarakan hingga kita mengantuk dan memutuskan untuk tidur.
Pada akhir pekan, kita biasanya pergi ‘pacaran’. Entah itu menemanimu hunting photo, shopping, nonton, ke toko buku, wisata kuliner atau sekedar bermalas-malasan di kasur.
Ya begitulah kehidupan kita. Aku merasa hidupku lengkap dengan adanya kamu di sampingku. Semuanya bertambah sempurna saat kabar baik itu muncul tiga bulan setelah pernikahan kita…

to be continued...