Minggu, 05 April 2015

[Resensi] In A Blue Moon

Judul: In a Blue Moon

Pengarang: Ilana Tan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 320 halaman

Harga: Rp 70.000,-









Actually, i'm not a fans of Ilana Tan. Pengalaman pertama saya dengan novel Ilana Tan adalah melalui Sunshine Becomes You (SBY). Itu pun karena booming-nya novel ini, jadi saya penasaran. Then i read it and that's it. I think it's just not my cup of tea. Terus saya penasaran lagi soalnya yang season series katanya ceritanya lebih menarik dari pada SBY, terutama yang berjudul Autumn In Paris. Berhubung terbit dengan cover baru dan di toko buku online kesayangan didiskon cukup besar (kalau nggak salah waktu itu diskon 50%), belilah saya si Autumn In Paris dan Summer In Seoul. Baca. Yaudah gitu aja. Nggak ada impresi yang membekas setelah membaca kedua novel tersebut. Tapiiii, ketika saya membaca In A Blue Moon, saya mendapatkan sensasi yang berbeda.

Kebetulan ada teman yang mengatakan kalau In a Blue Moon ini memang berbeda dari novel-novel Ilana Tan lainnya. Lantas apa sih yang membuat novel ini berbeda? Okeee, sebelum membahas perbedaannya saya kasih sedikit sinopsis tentang ceritanya. In A Blue Moon menceritakan tentang pertemuan kembali antara Luca Ford dan Sophie Wilson setelah 10 tahun berpisah. Mereka dahulu bermusuhan yang disebabkan ulah Lucas yang membuat hati Sophie terluka. Namun, pada pertemuan pertama setelah 10 tahun itu, tahu-tahu saja Lucas dan Sophie dinyatakan berstatus tunangan. Sophie tentu saja menolak. Tetapi Lucas tidak. Setidaknya dia ingin meminta maaf pada Sophie dan membuktikan bahwa waktu 10 tahun mampu mengubah sifatnya.


Kalau ditilik dari sinopsisnya, sudah jelas akan seperti apa ending-nya. Tapi saya tidak bosan membacanya. Bahkan bisa menyelesaikannya hanya dalam waktu 3-4 jam. Interaksi Lucas dan Sophie yang bikin gemas, membuat saya ingin terus-menerus membuka halaman selanjutnya. Suasana yang hidup ini didukung dengan dialog yang tidak kaku, sangat mengalir bahkan. Lokasinya yang berada di luar negeri pun tidak membuat bingung. Karakter Lucas dan Sophie pun saya rasa cukup kuat. Lucas yang keukeuh dalam menunjukkan usahanya meminta maaf serta pembuktian dirinya pada Sophie. Sophie yang memanggil Lucas dengan nama lengkapnya karena memang belum bisa memaafkan Lucas. 

Sayang, kuatnya karakter tidak didukung dengan pemaparan latar belakang kedua tokoh yang mumpuni. Misalnya bagaimana akhirnya Sophie bisa memiliki toko kue atau bagaimana Lucas yang tidak terlihat tertarik pada dunia memasak akhirnya bisa menjadi koki? Atau mungkin mengulas beberapa masakan yang diciptakan mereka berdua? Ya, hal-hal seperti itu saya rasa tidak ada salahnya dibahas kan? Atauuuu....mungkin penulis ingin fokus dengan konflik antara Lucas-Sophie saja? Mungkin saja.

Terlepas dari kekurangnya, novel ini sangat layak dibaca. Kalau dirangkum dalam 3 kata, novel ini seru, asyik, menggemaskan!

Rating: 4 of 5 stars

1 komentar: