Senin, 16 Februari 2015

Loyal Reader

Mengikuti #30harimenulissuratbaca niat awalnya adalah untuk mendisiplinkan diri agar konsisten menulis selama 30 hari berturut-turut. Terlepas akan ada yang baca atau tidak. Namun tentu sebuah tulisan tidak akan berarti jika tidak ada yang membacanya.

Jadi, siapa pun kamu yang sudah membaca surat-surat saya selama ini, terima kasih. Khususnya untuk seseorang yang bernama Fikri Maulana. Dia yang setia menjadi pembaca juga memberikan komentarnya di hampir setiap tulisan. Entah hanya basa-basi atau memang tulus dari hati, komentarmu bikin saya semangat menulis. Terima kasih sudah setia berkunjung ke rumah maya saya. Terima kasih dan salam kenal. :)

Minggu, 15 Februari 2015

Rindu Perhatianmu

Halo ikavuje :)

Masih ingat nggak perkenalan kita? Dua tahun lalu, saat pertama kalinya aku ikutan #30harimenulissuratcinta. Di pengalaman pertamaku ikut proyek menulis ini, beruntung sekali dapat tukang pos seperti dirimu. Orang yang perhatian dengan surat yang akan diantarkannya juga dengan si pengirim surat itu sendiri.

Aku ingat setiap kali mengirimkan satu surat, pasti kau baca dulu lalu diberikan komentar. Kau juga tak segan meninggalkan jejak langkah di setiap surat maya yang akan diantarkan. Kini aku rindu perhatianmu itu.

Bukan berarti aku tak suka dengan tukang posku yang sekarang. Aku yakin dia pun membaca semua surat yang masuk. Tapi perhatiannya tak sebanyak yang diberikan dirimu.

Bagiku, kau bukan hanya sekadar tukang pos melainkan seorang kurir aksara. Kurir aksara yang kini perhatiannya sangat kurindukan.

Sabtu, 14 Februari 2015

Thank You Kiddos

Hari keenam belas, surat bertema dengan tema Just Say It. Dari kemarin bingung mau menyatakan cinta ke siapa, secara ini perasaan kayak sumbu x di diagram Cartesius #eaaa. Tapi setelah dipikir-pikir lagi.......aha mau nyatain ke mereka aja deh.

Mereka siapa? Mereka ini murid-muridku. Sekelompok orang yang kelakuannya suka ajaib. Yang bisa bikin saya tersenyum dengan celotehan dan tingkah lakunya. Yang bisa membuat saya bertahan sampai sejauh ini.

Did you know, everytime i'm not in the good mood to teach, your smiles are my mood booster?
Did you know, everytime i try to stop, your laughs tell me not to stop?

You are the reason why i'm still being a teacher.
You are the one who can boost my mood.

Thank you kiddos for every laughs that we've shared.
I owe you so much.

Jumat, 13 Februari 2015

Dekat Di Mata, Jauh Di Hati

Ini aku yang ada di dekat kamu, yang siap membahagiakan kamu lahir-batin

Ini aku yang ada di dekat kamu, yang siap dicintai kamu mati-matian

Ini aku yang ada di dekat kamu, yang berharap setiap hari bisa menyalami tanganmu sebagai istri, bukan sekadar formalitas belaka

Ini aku yang ada di dekat kamu, yang ibunya suka kamu ajak bicara tapi akunya diacuhkan

Ini aku yang ada di dekat kamu, kenapa harus cari yang lain nun jauh di sana?

Kamis, 12 Februari 2015

Jiiiiirrrrr.....

Baru kali ini ketemu kamu langsung. Harusnya sedih karena hadirmu adalah musibah. Tapi apalah daya, aku orangnya suka norak. Pertama kalinya ketemu kamu, jadi langsung foto-foto #ootd ala-ala. Kalo nggak malu sama anak murid mungkin udah main-main sama kamu.

Jadi, makasih udah ajak aku berkenalan. Cukup segini aja perkenalan kita. Jangan lama-lama ya, kasihan yang rumahnya didatangi kamu.

Cepet surut, jir.

Rabu, 11 Februari 2015

Jangan Berhenti Di Sini

Hm....
Nggak terasa udah hampir dua tahun.

Dua tahun lalu, saya mulai mengajar. Kalian yang pertama kali saya ajar. Ada rasa khawatir juga takut kalau diri ini nggak bisa amanah, nggak bisa mengajar juga mendidik dengan baik, nggak bisa memberikan ilmu dengan benar, nggak bisa menjadi teladan, dan nggak bisa yang lainnya. Tapi setiap kali melihat semangat dan antusias kalian, saya percaya saya pasti bisa.

Sekarang, kalian sudah di akhir masa SMA. Sebentar lagi kalian akan melewati gerbang SMA. Akan melanjutkan ke kehidupan lain.

Nak, saat mengajar kalian besar harapan saya agar kalian bisa menjadi orang sukses. Tinggi harapan saya agar kalian bisa melanjutkan ke bangku kuliah. Saya tau, masalah ekonomi menjadi masalah utama untuk sebagian besar di antara kalian. Tapi buat saya, selalu ada jalan bagi mereka yang mau mencari. Apalagi bagi kalian yang berpotensi, jangan berhenti sampai di sini. Asahlah kemampuan kalian seruncing mungkin.

Nak, kalian tau mengapa saya suka ngoto menyuruhmu kuliah? Karena saya nggak ingin kalian hanya menjadi buruh/karyawan pabrik seperti kakak, bibi, ibu, saudara atau tetangga kita selama ini. Saya ingin kalian menjadi orang yang sukses, yang memiliki ilmu tinggi, juga pola pikir dan wawasan yang luas.

Nak, pintu gerbang sudah di depan mata. Bersiaplah dari sekarang. Mantapkan pijakanmu untuk kamu melangkah atau bahkan berlari nanti. Terbanglah sejauh yang kalian mampu. Perbanyak teman, perluas pergaulan, serap ilmu sebanyak-banyaknya.

Sekali lagi, jangan berhenti sampai di sini, nak. Jangan.

Selasa, 10 Februari 2015

Si Tukang PHP

Dear,
Bisa tidak berhenti menerorku dengan pesan-pesanmu yang omong kosong itu?
Bisa tidak berhenti membuat ponselku sering berdering hanya untuk sebuah pesan yang ternyata harapan palsu buatku?

Setiap kali dering ponselku berbunyi, aku berharap itu dari dia.
Tapi ternyata itu dari kamu.
Selalu begitu.
Kamu si tukang pemberi harapan palsu.
Oh, operator.

Senin, 09 Februari 2015

10 Pertama yang Telah Kita Lalui

Senin, 9 Februari 2015
Hari kesebelas

Halo peserta dan tukang pos di #30harimenulissuratcinta
Apa kabarnya? Masih semangat, kan?
Harus dong
Kalau kalian nggak semangat, akunya juga jadi ikut nggak semangat.

Nggak terasa kita udah melalui 10 hari pertama. Buatku sih nggak mudah, ternyata. Konsisten menulis itu sulit, jenderal! Mulai dari "duh, mau nulis apa lagi ya?", "bikin surat untuk siapa lagi ya?", sampai "duh udah jam segini nih, belum nulis surat juga. Apa nggak usah nulis aja ya?" Tapi karena dari awal ingin menjadikan #30harimenulissuratcinta ini sebuah tantangan dan berkomitmen untuk menaklukkannya, jadilah nggak pernah absen menulis surat. Meski akhirnya surat yang ditulis suka nggak jelas dan ini apeu banget sik. Hahahaha

Selama 10 hari kemarin saya belajar, bahwa konsisten menulis sama juga dengan konsisten mencintai. Kita harus mencari hal-hal lain agar tidak bosan dengan rasa cinta itu sendiri. Kita harus kreatif menciptakan sesuatu yang baru agar rasa cinta itu tetap ada dan bisa selalu dirasakan.

Akhir kata, untuk semua peserta #30harimenulissuratcinta semoga kita tetap semangat menulis surat, semangat mencinta, semangat menyebarkan cinta, juga semangat belajar tentang cinta itu sendiri. Juga untuk para tukang pos yang kece-kece, yang seletih apapun tetap mengantarkan surat, semoga selalu semangat dalam mengantarkan surat.

Salam cinta! ��

Minggu, 08 Februari 2015

A Letter to My (Future) Children

Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada
Tapi saat ini aku sudah punya rencana-rencana buatmu
Rencana bagaimana cara aku akan mendidikmu nanti
Rencana bagaimana cara aku akan mengarahkanmu nanti
Rencana bagaimana cara aku membesarkanmu nanti

Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada
Tapi aku yakin hadirmu adalah sekolah khusus buatku
Bahkan sebelum adanya kamu, kini aku sudah mulai belajar
Belajar banyak, nak
Belajar dari orang-orang bagaimana menjadi orangtua yang baik
Orangtua yang bisa mencintai, mendidik, mengarahkan dan membesarkanmu dengan hal-hal terbaik
Terbaik untukmu, bukan untukku, untuk ayamu, untuk keluargamu
Aku belajar dari sekarang untuk tidak menjadi orangtua yang otoriter terhadap anaknya
Aku belajar untuk tidak memaksamu, melainkan membebaskanmu
Bebas yang masih dalam penjagaanku

Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada.
Jauh sebelum aku tahu apa jenis kelaminmu, bagaimana rupamu.
Jauh sebelum aku tahu siapa ayahmu kelak, bagaimana parasnya, seperti apa perangainya.
Nak, aku tak pernah lelah memanggil (calon) ayahmu untuk segera datang
Tapi mungkin ia masih sibuk
Atau ia tidak terlalu mendengar suaraku
Mungkin jika kamu yang memanggilnya, ia akan segera datang
Mau bantu ibu, nak?

Sabtu, 07 Februari 2015

Surat izin

Tangerang, 07 Februari 2015

Salam
Kepada yang terhormat tukang pos tercinta, blog tersayang dan para pembaca setia tulisan saya (kalo ada).
Saya yang bernama Halida Hanun, mohon izin untuk absen menulis surat hari ini. Hal ini dikarenakan saya sedang terlalu lelah juga tak ada ide akan mengirimi surat untuk siapa.

Semoga kalian dapat memakluminya. Terima kasih atas perhatiannya.

Tertanda
Halida Hanun

Jumat, 06 Februari 2015

Hujan yang Tersesat

Saat aku menulis ini, aku sedang memandangimu dari balik jendela.
Melihatmu turun satu per satu.
Mulai dari rintik kecil hingga akhirnya menjadi rinai yang deras.
Lalu akhirnya kamu menggenangi halaman juga jalanan depan rumahku.

Hujan
Bagaimana perasaanmu ketika kamu turun, banyak orang yang mencercamu karena urusan mereka jadi terhambat?
Bagaimana perasaanmu ketika kamu datang, banyak orang jadi bersedih karena kamu mengingatkan mereka akan masa lalunya?

Hujan
Hadirmu menjawab doa kami di saat musim kemarau tiba.
Namun ketika kamu hadir terus-menerus, sosokmu yang awalnya adalah berkah lalu menjadi musibah.
Bagaimana perasaanmu ketika kamu akhirnya menyalahkanmu?

Hujan
Kemana kah kau pergi?
Tersesatkah kamu mencari jalan pulang?
Sawah-sawah tempat di mana seharusnya kamu tertampung, kini berubah menjadi petak-petak perumahan.
Jalan-jalan gang pun kini semuanya menggunakan block yang membuatmu sulit menembusnya.
Daerah-daerah pegunungan yang harusnya menjadi wadah yang bisa menyerapmu, kini dipenuhi vila-vila.
Lalu, bagaimana caranya kamu pulang?

Hujan
Maafkan kami yang telah membuatmu sulit menemukan jalan pulang.
Sekarang jika ada banjir datang, aku tahu itulah kamu yang tersesat.
Itulah kumpulan air matamu, tangis sedih dan marah karena kelakuan kami, para manusia.

Hujan
Maafkan kami

Kamis, 05 Februari 2015

Tuan Tak Bernama

Hei tuan yang belum aku ketahui namanya
Sedang apa saat ini?
Bekerja? Pekerjaan apakah yang kamu miliki?
Apapun pekerjaanmu, aku berharap itu adalah hal yang baik dan halal.
Kalau kamu memang sedang bekerja, berarti kamu adalah pekerja keras, tangguh, juga sudah pantas untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga.

Tuan apakah orang-orang banyak yang menanyakan kapan kamu akan menikah?
Kalau iya, apa tanggapanmu?
"Doain aja"?
Tapi kata temanku kalau ada yang bertanya seperti itu jawablah dengan "segera", karena katanya perkataan adalah doa.

Tuan yang saat ini sedang menuju ke arahku, hati-hati di jalan.
Mungkin tak selalu mulus jalanmu.
Tapi ingatlah, jika kamu terjatuh kamu harus bangkit dan melanjutkan perjalanan meski dengan tertatih.
Jika kamu mulai merasa tersesat, dengarkan hatimu.
Karena dari sini aku selalu memanggil namamu untuk menuntunmu.

Hei tuan tak bernama yang suatu hari nanti mungkin aku panggil sayang,
Selangkah kakimu menujuku
Selangkah kakiku menujumu
Entah di persimpangan mana kita akan bertemu
Entah kapan kita akan berjumpa
Doaku, semoga disegerakan.

Rabu, 04 Februari 2015

Karena Kita Tidak Kenal

26 Oktober 2014

Hari di mana aku bertemu dengan orang asing yang memperkenalkan diri bernama Yunia. Dia berasal dari Bogor dan baru seminggu kerja di Tangerang. Kami dipersatukan karena keadaan. Di mana kereta yang kami naiki tidak bisa menuju stasiun Duri karena ada gangguan.

Mulai dari lari-lari di stasiun Jakarta Kota untuk mengejar kereta tujuan stasiun Duri, kemudian harus naik metromini dan melihat langsung korban pencopetan, dan akhirnya bisa duduk manis di bus patas menuju Tangerang.

Nyamannya kondisi bus patas membuat kami akhirnya saling bercerita. Mulai dari bagaimana kamu akhirnya bisa bekerja di Tangerang, keadaan di kantormu seperti apa, keluargamu kayak apa, hingga apa tujuan hidupmu. Begitu pun aku. Bercerita tentang kenapa aku bisa jadi guru beserta suka dukanya, juga cerita apa saja mimpi-mimpi aku yang belum terwujud.

Kami yang saling sama-sama asing akhirnya menemukan rasa percaya dan sikap terbuka. Mungkin karena orang asing melihat masalah dengan objektif. Mungkin karena orang asing tidak akan menghakimi kita. Mungkin karena orang asing tidak akan bertemu lagi nantinya.
Atau mungkin karena kita tidak kenal maka ingin saling mengenal.

Selasa, 03 Februari 2015

Sudah Tanggal Tiga

Yang terhormat,
Kepada ibu dan bapak pegawai tata usaha.
Dengan datangnya surat ini, saya ingin memberitahukan berita penting, bahwa hari ini sudah memasuki tanggal tiga dan keuangan saya sudah sangat menipis.
Oleh karena itu, mohon kiranya ibu dan bapak sudi mempercepat perhitungan gaji dan segera membagikannya kepada saya serta pegawai yang lain.
Terima kasih atas perhatiaannya. Semoga saran saya dapat dipertimbangkan ibu dan bapak.
Tertanda
Saya-yang-udah-bokek-berat

Senin, 02 Februari 2015

Belajar Patah Hati

Kepada kamu, seseorang yang dulu aku kenal.
Seseorang yang pernah kutitipkan rasa cinta.
Terima kasih, telah bersedia menjaganya meski hanya sesaat.
Terima kasih, telah mengembalikannya dengan cara yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku.
Terima kasih, telah mengajarkan bahwa benar cinta ini hanya boleh dititipkan kepada-Nya.

Kepada kamu, seseorang yang dulu pernah aku inginkan dalam hidupku.
Seseorang yang pernah memberikan harapan-harapan.
Terima kasih, telah membuat hidupku lebih bergairah sesaat pada waktu itu karena harapan yang kamu berikan.
Terima kasih, telah mengajarkan untuk tidak berharap pada mereka selain Tuhanku.

Minggu, 01 Februari 2015

Keran Air dan Ember

Dulu, saya berpikir bahwa sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita. Ada di dekat kita dan menghabiskan waktunya dengan kita, atau selalu berkomunikasi (sms, telepon, chatting, dll). Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa sahabat lebih dari itu. Sahabat terkadang tak bisa setiap saat ada di samping kita. Sahabat tak mesti bertemu setiap hari. Sahabat adalah mereka yang selalu ada ketika kita membutuhkan. Sahabat masuk dalam kategori orang pertama yang akan tahu kabar bahagia dari kita, karena kita ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Namun tidak hanya kebahagiaan, kita pun tidak sungkan berbagi berita duka, karena kita percaya bahwa mereka bisa menghibur, memberikan solusi atapun hanya sekadar menjadi pendengar yang baik.

Seperti kami bertiga. Bersahabat sejak kelas 1 SMA hingga kini membuat saya sadar bagaimana bersahabat yang seharusnya. Kami bukan tipe yang setiap hari sms atau chatting. Kami jarang bertemu tapi selalu menyempatkan diri untuk kumpul. Dan setiap kali ketemu, rasanya kangen yang telah sekian lama terkumpul membuncah hari itu. Akibatnya kami selalu merasa kekurangan waktu karena meskipun telas membahas segala macam hal rasanya masih saja kurang.