Minggu, 01 Februari 2015

Keran Air dan Ember

Dulu, saya berpikir bahwa sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita. Ada di dekat kita dan menghabiskan waktunya dengan kita, atau selalu berkomunikasi (sms, telepon, chatting, dll). Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa sahabat lebih dari itu. Sahabat terkadang tak bisa setiap saat ada di samping kita. Sahabat tak mesti bertemu setiap hari. Sahabat adalah mereka yang selalu ada ketika kita membutuhkan. Sahabat masuk dalam kategori orang pertama yang akan tahu kabar bahagia dari kita, karena kita ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Namun tidak hanya kebahagiaan, kita pun tidak sungkan berbagi berita duka, karena kita percaya bahwa mereka bisa menghibur, memberikan solusi atapun hanya sekadar menjadi pendengar yang baik.

Seperti kami bertiga. Bersahabat sejak kelas 1 SMA hingga kini membuat saya sadar bagaimana bersahabat yang seharusnya. Kami bukan tipe yang setiap hari sms atau chatting. Kami jarang bertemu tapi selalu menyempatkan diri untuk kumpul. Dan setiap kali ketemu, rasanya kangen yang telah sekian lama terkumpul membuncah hari itu. Akibatnya kami selalu merasa kekurangan waktu karena meskipun telas membahas segala macam hal rasanya masih saja kurang.


Kami juga tahu kapan saatnya bercerita. Waktu di mana salah satu kami berperan menjadi keran air, menceritakan apa saja yang telah terjadi selama kami berpisah, ataupun hanya mengungkapkan pendapatnya. Jika salah satu di antara kami sedang menjadi keran air, maka sisanyavakan berperan menjadi ember. Ember yang siap menampung cucuran air dari keran. Menampung cerita yang dituturkan salah satu di antara kami, menjadi pendengar yang baik.

Pada akhirnya, apa yang membuat persahabatan ini adalah adanya kata saling di dalamnya. Saling percaya, saling mengerti, saling memberi, saling menerima, dan saling lainnya yang tidak bisa disebutkan tapi dapat kami rasakan.
Sayang kalian, cewek-cewek kesayangannya aku. *kiss&hug*

1 komentar: