Kamis, 19 Mei 2011

AKU, BAPAK dan BUKU

Mungkin bagi sebagian orang yang dekat dengan saya sudah tahu mengenai hobi membaca buku saya. Tentu saja buku yang saya baca bukan buku pelajaran, hehei. Buku yang dimaksud adalah novel-novel. Memang sedari kecil saya memang sudah hobi membaca buku. Hal itu berawal saat saya masih (kalo gak salah) 3 SD. ketika itu perpustakaan di sekolah bapak (bapak waktu itu menjadi kepala sekolah sebuah sekolah swasta) akan direnovasi. Di perpustakaan itu banyak terdapat buku cerita, karena bingung hendak dikemanakan buku-buku tersebut, maka dibawalah ke rumah saya. Entah berapa jumlah buku-buku tersebut, saya tidak ingat (maklum saya punya masalah dalam hal ingat-mengingat), mungkin sekitar 70-100 buku. Yang jelas rak kecil yang terdiri dari 3 susun penuh dengan buku-buku tersebut. Berawal darisanalah hobi membaca saya.


Hampir setiap hari saya membaca buku tersebut satu per satu. Ketika akhirnya semua buku sudah terbaca, saya terkadang membaca ulang beberapa buku yang saya anggap bagus. Sampai sekarang saya masih ingat dua buku favorit saya saat itu, yaitu Panji Laras dan Udang Windu. Di antara buku-buku tersebut ada beberapa buku karangan NH. Dini. Buku-buku beliau menceritakan pengalaman ketika masa penjajahan. Saat itu saya tidak tahu siapa itu NH. Dini. Saya hanya menganggap beliau hanyalah pengarang biasa. Tetapi ketika saya duduk di bangku SMA, saya mengetahui bahwa beliau adalah salah satu sastrawan Indonesia. Saat itu juga saya berpikir, “eh gila ya, gue udah baca karya seorang sastrawan saat masih kecil”. Kalo inget hal itu, saya cuma bisa mesem-mesem-sambil-bingung aja.


Nah,back to topic. karena banyaknya buku-buku tersebut, saya seringkali berkhayal mempunyai sebuah perpustakaan atau taman bacaan di rumah saya. Di mana saya akan mencatat siapa saja yang meminjam buku atau bahkan diadakannya kelas membaca buku bersama para pengunjung taman bacaan. Suatu khayalan yang sampai sekarang masih menghantui saya. Kelak suatu hari nanti saya bisa mewujudkan khayalan dan impian saya itu. Mohon doanya :)


Setelah semua buku-buku selesai dibaca tersebut apakah saya berhenti membaca? Jawabannya tidak. Karena setelah itu ibu saya berlangganan majalah bobo. Maka mulailah saya membaca majalah bobo. Hingga saat di mana saya iseng menggunting gambar-gambar yang ada di majalah tersebut (yaa maklum, namanya juga anak kecil). Ketika ibu mengetahui hal tersebut, saya dimarahi olehnya. Beliau berkata “Ibu tuh beliin kamu majalah buat dibaca,bukan untuk digunting-gunting. Kalo digunting-gunting kayak gini ibu nggak akan beliin kamu majalah Bobo lagi”. Saya sempet menangis saat itu, janji nggak akan mengulangi lagi dan meminta ibu untuk membelikan majalah. Tapi sepertinya ibu sudah bersikeras dengan keputusannya. Jadilah, saya tidak bisa membaca majalah Bobo lagi.


Untungnya kejadian tersebut tidak berlangsung lama. Setahun kemudian, ketika saya kelas 5 SD, ibu kembali membelikan majalah untuk saya. Majalah Fantasi namanya. Entah sampai kapan saya berlangganan majalah itu. yang jelas ketika SMP bacaan saya mulai pindah ke novel-novel terbitan Lingkar Pena punya kakak sepupu saya. Oiya, saat saya kelas 3 SMP, saya diperbolehkan ibu membaca novel dewasa. Saya masih inget banget judul novel itu, Langit di Atas Merapi karya Maria A. Sardjono. Mulai saat itu saya menggemari novel-novel beliau. Dan setiap saya nginep di rumah bude saya (Bude Mar), saya selalu membaca koleksi novel bude.


Ketika saya SMA, saya mulai berinisiatif untuk menyisihkan uang setiap bulannya untuk membeli buku. Setidaknya saya bisa membeli sebuah buku setiap bulan. Beruntungnya, teman-teman saya juga gemar membaca. Jadi, tak jarang kami saling pinjam-meminjam buku. Menyisihkan uang untuk membeli buku masih saya lakukan hingga sekarang. Sampai sekarang mungkin koleksi buku saya sudah mencapai 100 buku.


Dan saya berterima kasih banget sama kedua orang tua (terutama bapak) yang menanamkan hobi membaca kepada. Dalam hal tentang kecintaan terhadap buku yang saya miliki mungkin berasal dari bapak. Bapak itu orang yang sangat menghargai sekali sebuah buku. Entah karena beliau memang seorang guru Bahasa Indonesia, atau entah karena alasan lain. Bapak hobi beli buku, biasanya buku mengenai hal keagamaan. Tapi anehnya buku-buku tersebut sepertinya nggak pernah dibaca. Setiap saya atau ibu menanyakan kenapa buku-bukunya gak dibaca, beliau Cuma menjawab “belum ada waktu, nanti juga kalo ada waktu dibaca. Sekarang mah dibeli aja dulu,kan belum tentu beberapa waktu yang akan datang buku tersebut masih ada”. Selain itu, bapak juga pernah memberikan nasihat sebelum saya merantau ke Bandung yang masih saya ingat sampai sekarang. Beliau berkata “kalo punya uang sebisa mungkin beli buku pelajaran, nggak usah pinjem. Dan kalo bisa jangan meminjamkan buku ke orang, takut nggak dibalikin”. Prinsip bapak, kalo punya uang ya beli aja bukunya, karena takut beberapa waktu kemudian bukunya udah gak ada. Dan jangan pernah meminjamkan buku sembarangan , takut gak kembali ke kita. Dan prinsip bapak pun kini menular kepada saya.


Yaah, seperti itulah kecintaan saya terhadap buku. Saking cintanya saya sama buku, waktu beberapa novel saya yang ada di tangerang ada yang hilang entah kemana, saya sempet nangis dan sedih. Karena yang hilang adalah novel-novel yang bagus menurut saya. Dan ketika saya melihat novel itu masih ada di toko buku, saya akan membelinya (lagi). Sayangnya ada beberapa novel yang sudah tidak ada lagi di toko buku, alhasil saya Cuma bisa gigit jari. Hhmm,, kayaknya saya udah nulis panjang banget ya? Tangan saya juga udah mulai pegel nih, baiklah kita akhiri saja postingan kali ini. Last but not least, jangan heran ya kalo saya lebih inget novel saya yang dipinjam dibandingkan ingat dengan uang saya yang dipinjam oleh orang lain :D


some of my novel collection


dan beberapa novel lainnya, sisanya masih ada di rak bawah dan di tangerang:)

*ps: makasih buat mbak Erlin Wulandari, sepupu saya yang baik hati meminjamkan novel-novelnya kepada saya :)



with ♥
hanun