Senin, 18 Juli 2016

Tahun Keempat

Setiap kali ada yang bertanya, "Kapan mau lanjut S2?" Saya cuma bisa cengar-cengir padahal dalam hati meringis. Jujur, bukannya nggak mau melanjutkan studi. Dalam hati keinginan untuk belajar masih ada. Keinginan untuk mengeksplor hal-hal baru juga besar. Tapi gimana ya, saya ini seperti trauma.

Berkutat dengan hal yang dulu membuat saya tertekan itu sepertinya tidak ingin saya ulangi lagi. Setidaknya dalam waktu dekat. Saya masih ingat bagaimana hampir setiap ujian (UTS maupun UAS), saya selalu menangis dan hampir menyerah. Masih lekat dalam benak saya, bagaimana saya menangis-nangis ke dosen pembimbing untuk diijinkan ikut sidang padahal baru 2 kali bimbingan.

Saya juga masih ingat ketika orangtua bertanya akan bekerja sebagai apa saya setelah lulus itu yang saya jawab dengan air mata karena saya harus menahan keinginan untuk menjadi seorang editor, dan harus kembali berada di jalur yang sudah seharusnya.

Lucu, gimana dulu saya menangis-nangis namun akhirnya sampai saat ini saya bisa bertahan.

Tahun ajaran baru ini adalah tahun keempat saya mengajar. Kalau ada yang bertanya apakah saya bahagia dengan apa yang saya jalani? Saya sangsi untuk menjawab iya. Saya tidak bisa menipu diri, karena ada saat-saat tertentu saya ingin berhenti. Meski belum bahagia sepenuhnya, tetapi saya senang kalau melihat anak-anak semangat belajar, senang kalau mereka tidak takut dengan Matematika yang selama ini menjadi momok. Jujur, justru mereka yang selalu menjadi penyemangat saya. Lelah dan jenuh langsung lenyap kalau melihat tingkah-tingkah mereka yang konyol-konyol.

Pada awalnya memang saya terpaksa menjalani profesi ini, sambil berharap mungkin ini hanya sementara dan suatu saat nanti saya bisa kembali mewujudkan cita-cita saya. Tetapi saya tidak pernah main-main dalam menjalankan tugas. Saya paham berat sekali tanggung jawab yang harus saya pikul. Sedikit banyak saya merasa saya ikut berkepentingan masa depan bangsa. Karena sudah menjadi tugas saya untuk mencerdaskan anak bangsa, menyiapkan generasi penerus yang nantinya bisa memajukan negari kita tercinta ini.

Setelah memasuki tahun keempat ini, saya berpikir mungkin pada akhirnya cita-cita saya memang tidak bisa diwujudkan. Maka dari itu selama saya mengajar saya tidak pernah lelah memberikan motivasi agar mereka semangat belajar dan mengarahkan mereka menuju cita-cita terbaik yang mereka inginkan. Dan jika nanti saya bisa melihat mereka meraih cita-citanya, mungkin saat itulah saya akan merasa kebahagiaan yang sepenuhnya.