Dear Rahne,
Aku sudah tahu keberadaanmu sejak lama, namun aku baru
berani berkenalan denganmu hari itu. Hari di mana aku menyusuri satu per satu
rak di toko buku dan kemudian menemukan bukumu. Lalu aku pergi ke salah satu sudut, duduk menggelosor begitu saja. Niatku hanya ingin mengintip sedikit sajakmu. Kubuka
lembar demi lembar. Di halaman kedua puluh dua aku tehenti sejenak. Membaca puluhan huruf yang kau beri judul Bangun. Bidang. Hati. Aku terpukau. Katamu sungguh
memukau. Begitu iri aku membaca tulisanmu. Bahkan aku yang selama 4 tahun
erat berhubungan dengan matematika, rasanya tak mampu menyusun larik seindah
itu. Ah, dasar kau si kelinci cerdik.
Aku berpindah ke halaman berikutnya. Dan kembali terhenti di halaman kedua puluh enam. Aku terpana. Duetmu bersama Zarry sungguh mempesona. Kata-katamu dan kata-katanya
seolah sedang bercinta dengan gairah. Meliuk-liuk begitu indah. Setelah
selesai, rasa-rasanya aku pun ikut orgasme bersama kalian. Lemas. Seperti terhempas
dari langit. Kemudian mendarat di atas lembutnya awan.
Aku terus membaca dan membaca. Tanpa merasa khawatir penjaga
toko akan mengusirku karena membaca tanpa berniat untuk membeli. Setibanya di
lembar terakhir, aku sedikit mengerti tentang apa yang mereka sebut dengan
multi orgasme.
Kusimpan kembali bukumu. Bukan aku tak mau membeli, aku sedang tak ada rejeki kala itu. Aku perlu mengumpulkan rupiah dulu. Beberapa hari
setelahnya aku kembali kesana. Resmi sudah bukumu menjadi milikku.Berulang kali
aku baca tanpa aku merasa bosan.
Aku berterima kasih padamu, Rahne. Karena lewatmu aku berkenalan
dengan Zarry. Beberapa teman mengikutinya. Maka tak heran jika namanya sering
berseliweran di linimasaku. Aku acuh. Menganggap dia tak ubahnya seperti
penggombal saja. Dugaanku salah besar! Ternyata dia adalah pecinta aksara yang
haus menggeliatkan kata. Kuikuti jejaknya. Kususuri setiap laman di buku
mayanya. Resmi sudah aku menjadi pengagum. Bukan karena ketampananmu, Zarry.
Meski itu benar adanya. Tapi karena di setiap hujan katamu, aku luluh. Jatuh.
Ah, lihatlah. Sebegitu takjubnya akan pesona Zarry
sampai-sampai aku melupakan Rahne. Padamu Rahne, aku bukan saja kagum tetapi
juga cemburu. Memiliki sahabat yang bisa kau ajak bergulat kata itu sungguh indah,
anugerah. Entah siapa mengisi siapa. Yang aku mengerti kalian itu satu paket. Adanya
Rahne karena hadirnya Zarry, begitu pun sebaliknya. Seperti dua sayap yang
berpasangan. Tak akan bisa terbang bila satu saja tiada. Mungkin saat ini
kalian sedang terbang. Mengawang-awang. Karena tulisanku ini membuat kalian
sedikit melayang. Bukan begitu? ;)
Sungguh aku malu telah memuji kalian sedemikian rupa. Seindah
apapun bait yang kubuat, takkan mampu menyaingi bait yang kalian buat. Semua kata
indah kurasa masih kurang untuk
menggambarkan kekagumanku.
Tidak ada kata terlambat untuk mencinta, bukan? :) Senang berkenalan
denganmu, Rahne, Zarry. Karyamu menjadi inspirasi. Akhir kata untukmu berdua, “Kamu
adalah peracik kata yang ulung. Kalimatmu adalah candu bagiku. Anehnya tak
sedikit pun aku merasa overdosis. Meski telah dijejali oleh ribuan hurufmu. Aku sakau”.
-Seorang pengagum, si penikmat kata.
Wkwk, aseek mamen. X'D
BalasHapusMaaf tiada bisa berkata-kata, sesungguhnya aku bukan peracik kata yang mahir seperti kamu ataupun mereka. :P
gyaaaaaa aku juga ngidolain mereka kak, terutama si siluman kutu X3
BalasHapus@helloyon: duh, siapa yang bisa menolak pesona seorang Zarry sih? selalu mampu buat kita tersentuh, luluh dan jatuh ;)
BalasHapus