Rabu, 08 Agustus 2012

Surat Cinta untuk Rahne Putri & Zarry Hendrik


Dear Rahne,
Aku sudah tahu keberadaanmu sejak lama, namun aku baru berani berkenalan denganmu hari itu. Hari di mana aku menyusuri satu per satu rak di toko buku dan kemudian menemukan bukumu. Lalu aku pergi ke salah satu sudut, duduk menggelosor begitu saja. Niatku hanya ingin mengintip sedikit sajakmu. Kubuka lembar demi lembar. Di halaman kedua puluh dua aku tehenti sejenak. Membaca puluhan huruf yang kau beri judul Bangun. Bidang. Hati. Aku terpukau. Katamu sungguh memukau. Begitu iri aku membaca tulisanmu. Bahkan aku yang selama 4 tahun erat berhubungan dengan matematika, rasanya tak mampu menyusun larik seindah itu. Ah, dasar kau si kelinci cerdik.

Aku berpindah ke halaman berikutnya. Dan kembali terhenti di halaman kedua puluh enam. Aku terpana. Duetmu bersama Zarry sungguh mempesona. Kata-katamu dan kata-katanya seolah sedang bercinta dengan gairah. Meliuk-liuk begitu indah. Setelah selesai, rasa-rasanya aku pun ikut orgasme bersama kalian. Lemas. Seperti terhempas dari langit. Kemudian mendarat di atas lembutnya awan.

Aku terus membaca dan membaca. Tanpa merasa khawatir penjaga toko akan mengusirku karena membaca tanpa berniat untuk membeli. Setibanya di lembar terakhir, aku sedikit mengerti tentang apa yang mereka sebut dengan multi orgasme.


Kusimpan kembali bukumu. Bukan aku tak mau membeli, aku sedang tak ada rejeki kala itu. Aku perlu mengumpulkan rupiah dulu. Beberapa hari setelahnya aku kembali kesana. Resmi sudah bukumu menjadi milikku.Berulang kali aku baca tanpa aku merasa bosan.

Aku berterima kasih padamu, Rahne. Karena lewatmu aku berkenalan dengan Zarry. Beberapa teman mengikutinya. Maka tak heran jika namanya sering berseliweran di linimasaku. Aku acuh. Menganggap dia tak ubahnya seperti penggombal saja. Dugaanku salah besar! Ternyata dia adalah pecinta aksara yang haus menggeliatkan kata. Kuikuti jejaknya. Kususuri setiap laman di buku mayanya. Resmi sudah aku menjadi pengagum. Bukan karena ketampananmu, Zarry. Meski itu benar adanya. Tapi karena di setiap hujan katamu, aku luluh. Jatuh.

Ah, lihatlah. Sebegitu takjubnya akan pesona Zarry sampai-sampai aku melupakan Rahne. Padamu Rahne, aku bukan saja kagum tetapi juga cemburu. Memiliki sahabat yang bisa kau ajak bergulat kata itu sungguh indah, anugerah. Entah siapa mengisi siapa. Yang aku mengerti kalian itu satu paket. Adanya Rahne karena hadirnya Zarry, begitu pun sebaliknya. Seperti dua sayap yang berpasangan. Tak akan bisa terbang bila satu saja tiada. Mungkin saat ini kalian sedang terbang. Mengawang-awang. Karena tulisanku ini membuat kalian sedikit melayang. Bukan begitu? ;)

Sungguh aku malu telah memuji kalian sedemikian rupa. Seindah apapun bait yang kubuat, takkan mampu menyaingi bait yang kalian buat. Semua kata indah  kurasa masih kurang untuk menggambarkan kekagumanku.

Tidak ada kata terlambat untuk mencinta, bukan? :) Senang berkenalan denganmu, Rahne, Zarry. Karyamu menjadi inspirasi. Akhir kata untukmu berdua, “Kamu adalah peracik kata yang ulung. Kalimatmu adalah candu bagiku. Anehnya tak sedikit pun aku merasa overdosis. Meski telah dijejali oleh ribuan hurufmu. Aku sakau”.



-Seorang pengagum, si penikmat kata.


3 komentar:

  1. Wkwk, aseek mamen. X'D

    Maaf tiada bisa berkata-kata, sesungguhnya aku bukan peracik kata yang mahir seperti kamu ataupun mereka. :P

    BalasHapus
  2. gyaaaaaa aku juga ngidolain mereka kak, terutama si siluman kutu X3

    BalasHapus
  3. @helloyon: duh, siapa yang bisa menolak pesona seorang Zarry sih? selalu mampu buat kita tersentuh, luluh dan jatuh ;)

    BalasHapus