Minggu, 02 Oktober 2011

#3 Kenal Belum Tentu Sayang

Pepatah bilang "tak kenal maka tak sayang", benarkah demikian? Apakah orang yang sudah saling mengenal pasti akan selalu saling menyanyangi? Dari kecil aku tidak pernah kenal, tidak pernah tahu siapa Bapakku. Setiap kali aku bertanya pada ibu, beliau hanya menjawab "Sudahlah kamu tidak usah bertanya tentang bapak lagi, lebih baik kamu belajar saja, biar pintar dan jadi orang sukses".Selalu itu yang ku dengar atas pertanyaan yang sama yang akhirnya membuatku bosan untuk menanyakannya pada ibu, bukan karena sudah mengetahui jawabannya namun karena aku tahu jawaban yang keluar dari mulut ibu tak akan pernah memuaskanku.

Hingga kini aku menginjak usia 25 tahun. Aku telah memenuhi keinginan ibu, menjadi orang sukses. Aku bekerja di sebuah bank swasta. Penghasilanku lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kami berdua. Sering kali aku harus pulang larut malam dan membiarkan ibu seorang diri di rumah karena tuntutan pekerjaan. Semuanya berjalan baik-baik saja, sampai kejadian hina itu terjadi.


Suatu malam, seusai aku lembur, seperti biasa aku pulang menggunakan taksi. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.37. Butuh waktu sekitar 1 jam lebih untuk mencapai rumahku yang berada di pinggiran Jakarta. Tidak seperti biasanya, supir taksi malam itu sangat ramah. "Baru pulang neng? Pasti capek ya habis lembur?" tanya supir taksi. "Iya pak, biasalah kerjaan lagi banyak", aku menjawab sekaligus memberitahu tujuanku. Karena keramahannya aku tidak berprasangka buruk pada supir itu. Tapi lama-kelamaan aku mulai curiga ketika ia mulai sering melirik kaca spion dalam dan mengalihkan pandangannya ke belakang. Memang malam itu aku menggunakan pakaian yang agak seksi dari biasanya serta rok yang lebih pendek.

Seketika instingku mengatakan aku harus turun dari taksi itu. Rupanya supir itu bisa membaca gelagatku, ia tiba-tiba memacu mobil dengan kecepatan tinggi dan melewati jalan yang tidak aku kenal. Supir itu menghentikan taksi di sebuah rumah entah di daerah mana, yang jelas sangat sepi sekali. Ia menyeretku masuk ke dalam rumah dan memukulku beberapa kali. Aku meronta ketika ia mulai melucuti pakaianku. Aku berada dalam bahaya, ia mau memperkosaku. Tapi apalah daya seorang perempuan lemah seperti aku dibandingkan dengan tenaganya. Berteriakpun tak ada guna karena rumah itu jauh dari rumah yang lain, ditambah derasnya hujan yang turun semakin menenggelamkan suaraku.

Tak pelak, terjadilah pemerkosaan atas diriku. Aku hanya bisa menangis tak berdaya. Setelah supir taksi itu menuntaskan nafsu bejatya, ia mengobrak-abrik tasku. Ia mengambil dompetku dan terkejut ketika melihat foto aku bersama ibu. "Si..siapaaa wanita ini?" ia bertanya sambil menunjuk wajah ibu. "Itu ibuku", jawabku pelan sambil terisak. "Ini Dewi, Dewi Wulandari. Dia istriku. Dia ibumu? Berarti kau anakku,ya anakku", dia berujar histeris. "Kenalkan nak, aku bapakmu". Aku meludahinya, "Cih, lebih baik aku tidak kenal bapakku, Bapak yang tega memperkosa anaknya sendiri". Aku memunguti barang-barangku dan berlari sekencang mungkin meninggalkan seseorang yang baru saja memperkenalkan dirinya sebagai bapak kandungku.

Siapa bilang "tak kenal maka tak sayang"? Aku lebih baik tidak pernah kenal bapakku. Setidaknya aku masih memiliki sayang dan rindu untuknya. Nyatanya setelah aku kenal, hanya benci dan muak yang ada di hatiku. Mungkin pepatah itu harus di ganti, "Tak kenal maka tak sayang, kenal pun belum berarti sayang".


#15HariMenulisBlog
#3 Perkenalan

Tulisan sebelumnya #2 Malam Minggu Kliwon


with ♥
hanun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar