Sabtu, 24 Oktober 2015

[Birthday Giveaway] Broken Vow

Okeee, selain sebuah buku Sunset Holiday yang akan saya bagikan, ada lagi sebuah buku yang berjudul Broken Vow karya mbak Yuris Afrizal. Buku baru tapi layak untuk dibaca karena ceritanya ciamik. Sebagai gambaran boleh dibaca dulu resensinya yang saya buat di sini....

Jadi, kalian ceritakan pengalamanmu bersahabat. Pengalaman apa? Kaaay, dalam persahabatan tentu tidak selamanya indah-indah aja, ada juga saatnya kita mengalami hal-hal yang menyedihkan atau menyakitkan. Nah, ceritakan pengalaman tersebut dan bagaiaman kalian bersama sahabat mengatasinya.


Untuk syarat-syarat giveaway-nya sila simak di bawah ini
  • Berdomisili di Indonesia atau memiliki alamat di Indonesia untuk pengiriman hadiah jika menang
  • Ceritakan pengalamanmu bersama sahabat (yang sudah dijelaskan di atas) di kolom komentar postingan ini. Di akhir komentar cantumkan akun twittermu.
  • Satu orang hanya boleh meninggalkan satu komentar.
  • Akan dipilih satu cerita yang paling menarik untuk jadi pemenang.
  • Giveaway berlangsung mulai hari ini sampai dengan tanggal 31 Oktober 2015 pukul 23.5
  • Pemenang setelah mendapatkan buku Broken Vow dan membacanya, wajib membuat ulasan mengenai bukunya di blog atau akun goodreads. Kemudian share link-nya di twitter dan mention @halidahanun dan @yurisAfrizal
  • Jika ada pertanyaan boleh hubungi saya langsung via twitter @halidahanun
  • Selamat mencoba keberuntungan! ;)

12 komentar:

  1. Nama saya Ejha, saya mau cerita tentang pengalaman saya bersahabat.
    Sebenarnya saya orangnya susah untuk bersahabat, apalagi lewat dunia maya. Tanggal 16 Agustus 2013, saya iseng-iseng minta diinvite ke grup Readers Hangout ciptaan kak Ika Natassa. Awal masuk sudah langsung berasa sesat ke antah brantah. Waktu itu saya ingat, anak-anak RH sedang heboh-heboh bercanda tentang Cipa bau Tongkol. Rasanya kayak kejebak di tengah-tengah arisan keluarganya pacar terus saya gak kenal siapapun termasuk gak kenal pacarnya saya juga siapa *iki opo*

    Nah, hari berlalu, saya berusaha nimbrung percakapan. Mulai dari curhat tentang siklus menstruasi yang tidak lancar yang kemudian berakhir dengan saran "saya juga gitu waktu masih perawan, jha. Pas udah nikah, udah gak lagi" yang kurang lebih bisa diterjemahkan saya disuruh menikah (atau disuruh gak perawan? *keplak). Sampai hari ketiga gabung di RH, saya masih suka galau menentukan mbak Wulan ini bisa dipacarin atau gak? Belakangan saya tau kalau memeluk dia dari belakang (pas boncengan di mojag) itu empuknya tiada tara.

    Hari berganti hari, saya jadi mulai berbaur, bisa ikut memeriahkan surprise untuk ulang tahun anak2 RH, ikut birthday giveaway, ikut estafet cerita, titip dibeliin buku hasil teracuni, bikin baju lucu2an, kumpul hore, ke nikahan Uni bareng2, dan yang paling penting adalah, kemana pun saya pergi dan ketika itu jauh dari rumah, rumah yang saya cari adalah rumah anak-anak RH.

    Terimakasih untuk Mamsti, Uni, Wepe, kak Hanun, kak Pipiw, Ateu, Gloria, teh Ntiw, Gisa, Fara, mak Naga, Enuy, Cipa, Emey, Enji, Etha, Apau, Lana, bang Farid, dan semua-semuanya yang kelupaan terabsen, karena sudah bantu beradaptasi dengan baik. Special thanks juga buat yang sudah menyediakan sepupu dan adik-adiknya untuk saya jadikan bahan imajinasi masa depan saya (yang sedihnya, tiap malam tokoh imajinasinya ganti-ganti mulu). 😂

    Komentar ini saya gak niatin menang (saya hanya sedang merindukan RH *hiks), tapi kalo bisa dimenangin ya. Kalo ceritanya gak dimenangin, adiknya yang punya blog akan saya pepet-pepetin sampai bisa jadian. Jadi pilih buku atau adik? *disambit*


    Twitter: @findingejhaa

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. 28 januari 2008, tepat’y shari stlah presiden Soeharto meninggal, “Forest Kencana” terbentuk. Kmi adlah Ke-10 siswi yg terabaikan yg mencoba mendapat perhatian & terbentuk dari sisa lingkaran siswa lain yg sudah mngukuhkan klompok masing2.
    Kmi adlah kesepuluh siswi yg senang untk saling brbagi & menasehati. Ini pershbatan yg rapuh. Tentu saja. Tidk ad yg sempurna dlm pershbatn kmi. Sudah tak terhitung bgtu bnyk’y prcekcokan yg trjadi di antra kmi. Namn dgn besar’y rasa silaturrahmi yg kmi miliki, akhir’y kmi sllu bisa mnyelesaikan semua ini dgn kepala dingin. Kmi sllu ingin mnjdi yg terbaik di kelas dgn bersaing secara sehat. Bisa dikatakan, kmi shbat dlm segala hal, & rival dlm belajar. Pershbatan kmi bukan untk main2 saja. Justru dlm ikatan kecil ini aku mrasa pling memahami ap itu arti blajar brsama ketimbang bersenang2 semata.
    Sungguh ini prshbatan terunik yg pernah kujalani spnjng sejarh hidupku. Aku merasa mnjdi pribadi yg sllu menginginkan ksuksesan brsama mreka smua krna kmi memulai semua ini bersama2.
    Kmi melewati masa abu-abu yg indah sampai 3 tahun lama’y, sebelum akhir’y ad badai paling besar mnerjang bahtera kmi & tak bisa kmi selamatkn kecuali dgn tangisan kesedihn yg h’y bisa kmi ungkapkn sendiri2 dlm perasaan kehilangan trbesar kmi.
    Nama’y Sarah. Sejak dy mulai berpacaran dgn lelaki yg dikenal’y, dy mulai berubah pd kmi. Tak h’y berkali2 mnyembunyikn hubungan’y dgn lelaki itu, dy juga sering berbohong pd kmi. Kmi sllu berusaha mengingatan dy & mncoba brsabar mendengar makian’y yg trkesan seolah kmi sllu berusaha turut campur dlm masalh dy & pacar’y. kmi h’y berusaha memegang teguh prinsip kmi untk saling menasehati & mngingatkan ketika benih2 kekhilafan mulai tampak ke permukaan.
    Bukan’y m’ymbut baik niat baik kmi, dy malah smakin mnjauh dari kmi seolah tak peduli lagi dgn pondasi pershbatan yg telah kmi bangun dgn tertatih-tatih.
    Secara perlahan dy mulai menjauh, jauh, & semakin menjauh dari kmi. Tak ad kabar tentang’y lagi.
    Sejak saat itu kmi tinggal bersembilan. Kmi tak ingin selama’y larut dlm kedukaan khilangn shbat kmi h’y karena seorang pria. Kpergian’y benar2 mmberikan pljran yg tramat brharga bg kmi. Kisah mnyedihkn itu akn mnjdi kekuatan kmi untk mnghadpi cobaan yg lebih pedih lagi dlm prjalanan pnjg ini. Kmi terus menjalani waktu2 yg tersisa dlm masa MA dgn merangkai kenangan indah seba’yk2’y.
    Aku prnah ingat ad seorang guru yg brkata bhwa genk kmi akn hancur dgn sendiri’y seiring brjalan’y waktu & usia. Dan Ini sudah 5 tahun berlalu sejak perpisahan MA itu. Wiwin brhasil menembus ujian masuk Unsoed, Riska ke Unpad, Rika ke UNY, Tia ke UPI, Dini ke Universitas swasta Bani Saleh, Siti Ulfah ke Universitas Pelita Bangsa, serta Asri & Fitri yg masih berjuang untk menyusul kmi semua. Juga ad Aku, yg dgn segala rahmat & kasih-’y mengizinkan aku untk meneruskan pendidikan di Bandung.
    Apa yg terjadi dgn kmi semua di tmpat yg jarak’y begitu lebar memisahkan kmi? Hancurkah?
    TIDAK! Meski seterus’y akn ad kmi yg erbeda, entah itu bertambah tinggi ataupun menua, nmun ruh silaturrahmi yg kmi jalin ttp sama. Ah, bukan. Tapi kmi adlah kluarga. Kluarga yg msih sling mngingatkn mski lautan telah mmisahkan. Kluarga yg msih mnjaga wlw h’y dgn seutas doa.
    Kmi semua mnjalani suka duka dlm nuansa hidp yg brbeda. Satu2’y yg mnghubungkan kmi adlah alat komunikasi. Dikala tengah galau dgn persoalan hidup sbgai anak perantauan & tugas2 kuliah yg membabat habis isi kepalaku, mrka sllu hadir dgn menjanjikn senyumn. Pesan penyemangt mrka tak henti2’y membuatku semakn mnjdi pribadi yg sabar dlm mnjalani segala prsoalan kehidupn. Mrka tak prnh hilang kala kujenuh, dan sllu sabar mndengar celoteh putus asaku. Mrka yg terbaik yg prnah kumiliki d sepanjang sisa hidpku ini.
    Sperti yg wiwin blng, shbat bagaikn salah satu anggota tubuh yg jika kehilangan satu saja, hidup kita tak akan pernah lengkap selama2’y.
    Terima kasih d’4s_kencana..
    Terima kasih Halida hanun yg sudah mmberikan kesempatan kpd saya untk mnceritakan tntg persahabtan kmi. dan juga... Happy Birthday :)

    @She_Spica

    BalasHapus
  5. Aku mau cerita tentang sebuah persahabatan yang hanya bertahan beberapa hari saja. Kisah ini aku sebut sebagai "Sahabat Sabtu Minggu". Apakah ini bisa disebut sahabat? Entahlah.

    Tahun ini adalah tahun pertama aku masuk kuliah. Dan di kelasku, nggak ada yang aku kenal dari sebelum masuk. Pertama kali masuk aku sering kumpul sama cowok-cowok, ngebahas tentang masalah cewek. Aku mulai deket sama temen cowok, sebut saja namanya Upin.

    Upin ini sifatnya beda sama aku, dia lebih cool dan ilmu tentang ceweknya lebih banyak. Sedangkan aku, orangnya ceplas ceplos dan agak pecicilan (?). Kita berdua bareng terus di kelas maupun waktu makan di kantin. Kita cerita banyak hal, walaupun baru kenal, kita udah ngerasa deket.

    Suatu hari si Upin ini ngirim pesan gambar di bbm aku, yang fotonya berisi dia pergi sama dua cewek yang ada di kelasku. Sebut saja namanya Meimei dan Susanti. Dia bilang "Nih co, dapet dua cewek. Lu kapan? Hahaha". Akhirnya dengan agak kesal dan mesem-mesem dikit, aku bales "Sialan luh pin, mentang-mentang ganteng".

    Terus dia chat lagi "Co, besok diajak main sama Meimei dan Susanti, ikut ya". "Oke deh" jawabku. Besoknya (yaitu malam minggu) aku ngajak temen sekelas lagi, sebut saja namanya Ipin. Aku jemput dia di kosnya. Si Susanti sebenernya udah bm dari setengah jam yang lalu, suruh aku dateng cepet di tempat janjian.

    Pas kita berlima sudah kumpul, akhirnya kita main-main bareng. Malam itu kita naik becak yang ada warna warninya. Tapi nggak tau kenapa wajah Meimei kayak nggak seneng gitu. Kita semua sadar, dan tanyain dia. Tapi tetep aja wajahnya bete gitu. Akhirnya sih Upin ngusulin sesuatu, "Gimana kalo kita karaokean?". Meimei yang tadinya bete jadi seneng lagi, dan menyetujuinya. Aku mikir, si Upin ini bener-bener hebat kalo masalah cewek.

    Setelah kita selesai karaokean, kita semua pulang ke rumah masing-masing. Malam itu kita ngerasa deket banget, bercanda bareng, cerita tentang pribadi masing-masing. Walaupun dalem hati aku bilang "Sialan habis duit banyak malem ini". Hahaha, maklum anak kos.

    Minggunya aku, Ipin, Meimei dan Susanti main ke kos Ipin. Nggak tau kenapa si Upin nggak bisa kumpul. Kita berempat kumpul dan jalan-jalan sekitar jam 8 pagi, setelah itu pulang lagi ke kos Ipin jam 1. Disana kita ngobrol, bercanda bareng, dan cerita pengalaman masing-masing. Kita berempat membuat persetujuan, kalau kita ketemu tos nya bagaimana, dan malah ada gerakan khusus buat grup kita.

    Tanpa kata "bolehkah aku jadi sahabatmu", kita sudah tau, kalau kita akan menjadi sahabat. Tapi pas hari senin, aku berangkat kuliah, suasana beda. Nggak tau kenapa Upin selalu ngehindari Meimei. Meimei juga sadar sama itu. Upin juga udah mulai jauh sama aku, kita nggak pernah chat lagi di bm. Kalau aku ngajak makan pun dia misah.

    Aku bingung. Susanti pun mulai tertutup sama Meimei. Nggak tau kenapa kita semua saling menghindar satu sama lain. Aku coba buat nyatuin lagi, tapi nggak bisa. Entahlah apa yang terjadi, tapi aku berharap suatu hari nanti kita bisa kumpul lagi.

    @Panu__

    BalasHapus
  6. hai mbak, salam kenal ya. saya aci dari kota pontianak. saya mempunyai seorang sahabat yang saya kenal sudah dari 17 tahun yang lalu. kami dulunya tetangga, hampir tiap hari kami bertemu. begitu tamat sma saya dan sahabat saya yang bernama ayu ini terpaksa tak dapat bertemu setiap hari lagi karena saya dan keluarga pindah rumah. walaupun begitu kami tetap bisa ketemu minimal saat weekend. tanpa diduga kami lulus di universitas dan jurusan yang sama. senang bukan main deh, bahwa kami bisa sering bertemu seperti dulu. namun itu cuma harapan, kenyataannya jadwal kuliah kami berbeda dan kami memiliki teman2 baru dikampus. sedih sih, saya merasa kehilangan teman saya. tapi saya nggak mau sedih lama2, karena walaupun punya teman2 baru, ayu tetap menjadikan saya sahabat yg dipercayainya untuk berbagi cerita. begitu juga dengan saya yang selalu bercerita hal apapun ke ayu. Lewati masa kuliah, di dunia kerja jadwal kami bertemu juga saat weekend, itupun nggak setiap minggu. Saat ini, beberapa bulan lagi saya akan menikah. Sahabat saya itu selalu mengingatkan untuk tak pernah lupa dengannya dan menanti cerita2 dari saya. Ya, saya tak akan pernah lupa. Biarpun waktu kami lebih minim untuk berbincang seperti dulu, tapi saya yakin diwaktu yang singkat itu kehangatan persahabatan kami tak akan berubah. :)

    BalasHapus
  7. Jaman kuliah dulu, kami bersahabat bertujuh. Perempuan semua. Awalnya strangers. Kami ini kumpulan orang yang terasingkan dari teman-teman sekelas yang rata-rata sudah punya 'gank' sendiri. Tiap ada tugas kelompok, kami nggak punya temen, akhirnya kami sering sekelompok dan makin dekat.

    Aku sudah menganggap mereka sebagai sahabat. Semakan seminum. Nginep bareng di rumah. Mau masak apa terserah. Tertawa gelindingan karena jokes konyol sampe perut keram. Tapi, pernahkah dengar tentang "jangan kebanyakan ketawa, nanti malah nangis"? Itu terjadi pada kami. Setelah sekian banyak memori menyenangkan yang kami lalui, cuma karena hal sepele justru persahabatan kami sempat retak. Kami hompimpa buat nentuin siapa yang ikut kelompok siapa. Aku lupa detilnya gimana, pokoknya kami rebutan anggota sama anak cowok. Lalu 1 orang dari kami ngambek. Dia memusuhi kami semua. Dia berpaling ke 'gank' lain. Dia tidak pernah menegur kami. Kami tegur dia tapi dia pura-pura tidak dengar.

    Untunglah ada tugas yang satunya lagi yang jadi penyelamat kami. Sebelum insiden itu, kami sudah sekelompok untuk tugas mata kuliah lain. Kami belum dapat giliran presentasi, jadi saat deadline-nya mendekat ya akhirnya kami kerjasama lagi. Awalnya cuma menegur seadanya, tapi lama-lama kebekuan itu mencair dan benteng permusuhan itu rapuh dengan sendirinya.

    Persahabatan kami kembali normal. Kemana-mana kami bertujuh, ke kantin bertujuh, ke mal bertujuh, pulang bertujuh. Tapi, lagi-lagi kerenggangan itu datang. Menjelang masa penelitian, ada yang merasa tidak adil dengan pemilihan partner ini. Tidak semua dari kami pintar. Maka bagi yang tidak cekatan akan mendapat partner yang sama leletnya. 1 dari kami memisah, sayangnya dia itu progress-nya paling lamban. Ketika semua orang sudah bikin proposal penelitian, mereka sendiri yang belum dapat ide mau meneliti apa. Ketika orang sudah mulai riset sana-sini, proposal mereka malah belum juga kelar apalagi ditandatangani. Ditambah lagi mereka mendapat pembimbing yang termasuk killer sehingga membuat terbing perjalanan mereka makin terjal.

    Makin lama keadaan makin sulit. Bukan cuma dikejar soal penelitian, ada persiapan skripsi juga. Penelitian belum beres, sudah ditambah skripsi. Lalu, 1 teman kami itu mulai menjauh. Aura wajahnya tidak secerah biasanya karena dia paling 'buntut'. Dia lebih sering bersembunyi daripada bergabung dengan kami. Dia mulai sering tidak kelihatan di kampus. Dia sering bolos, sampai beruntun seminggu nggak pernah masuk. Kami sering menghubunginya tapi tidak ada respon. Kami sebagai sahabatnya sering ditanya soal keadaan dia. Jadi, kami memutuskan untuk datang ke kosnya. Awalnya dia bungkam, tapi akhirnya mau bicara juga.

    Dia lelah mencari ide penelitian sendirian, lelah mengerjakan proposal sendirian, lelah jadi 'buntut' sendirian, lelah punya partner yang nggak bisa kasih masukan banyak untuk project mereka, lelah kena marah sendirian, dan malu dengan yang lainnya. Dia sempat mau ngajuin stop out tapi ditolak oleh pembimbing & ketua jurusan.

    Kami yang cuma bertujuh jika disuruh berpasangan ya harus mengorbankan 1 orang jadi 'terasingkan' yaitu dia. Rasa sedih dan bersalah campur jadi satu. Tapi, nasi sudah jadi bubur. Project sudah serba jalan. Kami cuma bisa encourage dia supaya semangat dan mau balik ke kampus. Untunglah dia mau balik lagi meski tetap terasa dia menjaga jarak.

    Kembalinya dia ke kampus ternyata tidak bertahan lama. Setelah beberapa minggu, dia kembali hilang dari peredaran. Batang hidungnya tidak pernah kelihatan lagi di mana pun. Tidak pernah masuk lagi. Tidak ada kabar lagi. Tidak bisa dihubungi. Sosial media sudah pada mati. Apa yang terjadi padanya? Apakah dia sudah menggantungkan mimpinya menjadi sarjana?

    Hingga sekarang tidak ada kabar. Hilang bak ditelan bumi. Tidak pernah bertemu lagi. Rasanya gagal jadi sahabat kalau harus kehilangan begini.

    Masihkan kami dianggapnya sahabat? Masihkah kami ada dihatinya? Masih bisakah kami bertemu lagi? Kami sungguh tidak tahu.

    @murniaya

    BalasHapus
  8. Ini adalah pertama kalinya aku kehilangan sahabatku, Eko.

    Dia meninggal disaat kami memasuki semester 5, dimana aku seharusnya masih bisa bersama dengannya beberapa semester lagi hingga kami di wisuda bersama. Almarhum meninggal karena sebelumnya beliau mengalami kecelakaan. Sebelum Eko meninggal, ia sempat koma. Beberapa hari kemudian dia sadar dan langsung menjalani operasi yang mengakibatkan ia kekurangan banyak darah. Mendengar kabar itu, kami yang saat itu tengah sedang sibuk KKN menjadi susah untuk saling berkomunikasi karena tempat KKN kami berbeda jadi hanya beberapa yang bisa hadir menemani Eko, dan berusaha mencari pendonor. Aku bahkan menghubungi guru, teman sekolah, dosen dan keluarga. Alhamdulillah sepupuku bisa mendonorkan darahnya. Kami senang darah sudah ada. Dan kesempatan Eko untuk kembali pulih sudah ada di depan mata. Ia bahkan meminta dipindahkan ke ruang rawat biasa. Kamipun membantu Eko pindah kamar.
    Aku tersenyum bahagia saat melihat matanya yang telah terbuka lagi. Ia bahkan meminta suster untuk melepas infusnya karena ia tidak membutuhkan itu lagi. Ku pikir dia telah sehat dan siap beraktivitas seperti biasanya lagi.

    Tapi Allah berkata lain, besoknya aku mendapat sms dari teman yang setia menunggu Eko di rumah sakit kalau keadaan Eko tiba-tiba memburuk. Tanpa pikir panjang aku langsung pergi ke rumah sakit tapi sialnya ditengah perjalanan aku dikabari kalau Eko sudah meninggal dunia. Itu seperti lelucon bagiku, akupun memarahi Nanda-teman yang menelponku ini kalau ia tidak boleh bicara sembarang. Tapi apa mau dikata setiba di sana semua sudah berkumpul bersama menangisi kepergian Eko. Aku saat itu hanya bisa terduduk lemas bersender di dinding. Menyesali kenapa aku tidak bisa berada disisinya saat ia meningal, kenapa aku tidak sempat mengatakan minta maaf padanya. Sekelebat bayanganku akan diri Eko yang kulihat kemarin, aku tersadar. Apakah ia ingin keruang rawat dan melepas semua alat yang menunjang kesehatan tubuhnya itu Karena ia merasa semua itu tidak ada gunanya lagi? Itu sangat menyakitkan. Kenyataan buruk lainnya pun terjadi, ketika aku mengetahui bahwa jenazah Eko akan disemayamkan di kampung halamannya yang begitu jauh. Aku hanya bisa pasrah menatap kepergian jenazah Eko yang dibawa oleh mobil jenazah. Itu terakhir kalinya aku melihat wajah tampannya yang selalu mengingatkanku akan canda tawanya, senyum malunya ketika aku memuji dirinya yang terlihat mirip dengan Ariel Noah dan Donghae Suju.

    Selamat jalan sahabatku, Eko. Aku percaya kalau malaikat tanpa sayap itu ada, karena dia adalah Kau. Orang yang begitu baik hati membantu semua orang bahkan terkadang kau lakukan secara diam-diam tanpa harus mengumbar kebaikanmu. Selalu tersenyum, membuat orang disekitarmu bahagia. Selalu mengingatkan untuk beribadah. Aku merindukan sosok kebapak-anmu. Kau selalu menjagaku. Bahkan menjadi orang yang sibuk mencarikan pengganti dirinya kalau ia tidak bisa mengantarku pulang ke rumah kalau kuliah selesai pada jam malam karena jadwal bis ku sudah pada pulang semua. Dengan wajah khawatirmu, kau menanyai semua teman yang membawa motor apakah bisa mengatarku pulang. Maaf aku selalu meridukan dirimu, tapi kurasa itu bagus. Karena aku juga jadi tidak pernah lupa untuk selalu mendo’akanmu. Terima kasih, Eko.


    @LiebeIs0503

    BalasHapus
  9. Aku punya tiga sahabat saat SMP. Saat itu kami selalu berempat, di sekolah maupun saat hang out di luar sekolah. Ketika SMA kami pisah sekolah, walau begitu kami masih saling kontak sampai sekarang, walaupun sangat jarang kumpul lagi karena kesibukan masing-masing, ditambah lagi satu sahabat aku tinggal di lain kota. Teman sekolah yang lain selalu salut sama persahabatan kami, karena kami selalu kompak dan masih kumpul bareng kalau ada acara.

    Dari kami berempat, satu sahabatku sudah menikah, tinggal 3 yang belum, termasuk aku. Sampai usia 30-an kami bertiga masih mencari pasangan hidup masing-masing. Sebagai perempuan pasti ada rasa sedih dan khawatir karena kami belum juga punya pendamping di usia yang sudah matang. Kadang kami saling curhat, juga saling menguatkan.

    Hingga pada Agustus 2013 salah satu sahabatku akhirnya menikah. Setelah ijab Kabul dan saat salaman di pelaminan, kami berempat menangis bersama. Kami bahagia dan terharu, penantian panjang itu akhirnya berakhir untuk salah satu diantara kami.

    @nunaalia

    BalasHapus
  10. Mau cerita kak, tentang masalah yang beberapa minggu lalu aku alami dengan sahabatku.
    Nah, jadi aku punya teman kuliah yang berasal dari daerah yang sama, kebetulan kami adalah minoritas di kelas sehingga persahabatan kami lebih dekat dari sekedar teman kuliah. Kami berenam orang, bisa dikatakan kompak dan selalu akur walaupun kadang ada masalah karena kami perempuan yang sangat sensitif.
    Beberapa minggu lalu, pacar salah satu sahabatku datang untuk menemui pacarnya. Mereka LDR dan cukup lama belum pernah ketemu. Sebelum datang, sahabatku itu bercerita dengan sangat bergembira. Kamipun menanggapinya dengan bercanda, agak menggodanya juga sih. Dan dia seperti biasanya nggak pernah protes dengan candaan kami.
    Entah apa penyebabnya, sehari setelah pacarnya datang sahabatku kadi tertutup, dia agak jauh dari lingkaran kami biasanya, dia hanya diam saat menanggapi apa yang kami komentari tentang ia dan juga pacarnya. Selanjutnya dia sikapnya tidak berubah, tetap menjaga karak, ngobrol seperlunya dan itupun jika kami yang memulai percakapan.
    Perang dingin entah apa yang menyebabkan, kami saling menjauh dan tidak bekomunikasi. Mungkin dia perlu waktu intuk menemani pacarnya, mungkin jiga dia berada di titik jenuh menjadi korban bully. Yang kelas, pada saat itu aku dan sahabat-sahabatku mencoba cari cara agar kami berbaikan. Kami pergi makan bersama dan menyelipkan permintaan maaf diantara kegiatan itu. Dia tidak mengatakan alasannya, tapi dia terlihat kembali seperti biasa. Sepertinya dia sudah memaafkan kami.
    Begitulah, setiap hubungan pasti punya up and down, mungkin cara kami salah dalam berkomunikasi, mungkin kami terlalu berfikiran negatif tentang dia yang seolah mementingkan pacar dan melupakan sahabat. Jauh dari semua itu aku berharap persahabatan kami berenam selanjutnya tidak ada masalah lagi :)

    @rinicipta

    BalasHapus
  11. Mau cerita kak, tentang masalah yang beberapa minggu lalu aku alami dengan sahabatku.
    Nah, jadi aku punya teman kuliah yang berasal dari daerah yang sama, kebetulan kami adalah minoritas di kelas sehingga persahabatan kami lebih dekat dari sekedar teman kuliah. Kami berenam orang, bisa dikatakan kompak dan selalu akur walaupun kadang ada masalah karena kami perempuan yang sangat sensitif.
    Beberapa minggu lalu, pacar salah satu sahabatku datang untuk menemui pacarnya. Mereka LDR dan cukup lama belum pernah ketemu. Sebelum datang, sahabatku itu bercerita dengan sangat bergembira. Kamipun menanggapinya dengan bercanda, agak menggodanya juga sih. Dan dia seperti biasanya nggak pernah protes dengan candaan kami.
    Entah apa penyebabnya, sehari setelah pacarnya datang sahabatku kadi tertutup, dia agak jauh dari lingkaran kami biasanya, dia hanya diam saat menanggapi apa yang kami komentari tentang ia dan juga pacarnya. Selanjutnya dia sikapnya tidak berubah, tetap menjaga karak, ngobrol seperlunya dan itupun jika kami yang memulai percakapan.
    Perang dingin entah apa yang menyebabkan, kami saling menjauh dan tidak bekomunikasi. Mungkin dia perlu waktu intuk menemani pacarnya, mungkin jiga dia berada di titik jenuh menjadi korban bully. Yang kelas, pada saat itu aku dan sahabat-sahabatku mencoba cari cara agar kami berbaikan. Kami pergi makan bersama dan menyelipkan permintaan maaf diantara kegiatan itu. Dia tidak mengatakan alasannya, tapi dia terlihat kembali seperti biasa. Sepertinya dia sudah memaafkan kami.
    Begitulah, setiap hubungan pasti punya up and down, mungkin cara kami salah dalam berkomunikasi, mungkin kami terlalu berfikiran negatif tentang dia yang seolah mementingkan pacar dan melupakan sahabat. Jauh dari semua itu aku berharap persahabatan kami berenam selanjutnya tidak ada masalah lagi :)

    @rinicipta

    BalasHapus