Rabu, 14 Oktober 2015

25

Pliiiisss baca judul postingan ini jangan pakai nada "goyang dua lima" alias gojigo. Karena postingan ini bukan berisi lirik lagu tersebut atau pun tutorial goyang dua lima yang lagi marak.

Ceritanya mau (sok) bikin perenungan. Mengingat umur tak lagi muda jika tidak ingin dibilang tua.

25.
Dua puluh lima.
Seperempat abad.
Terembel-embeli kata abad, ada beban tersendiri. Ada tanya yang terselip di hati. "Apa saja yang sudah dilakukan selama 25 tahun ini?" Hidup seperempat abad cuma gini-gini aja kok ya rasanya nggak bermakna banget. Apa coba yang mau dibanggakan? Apa yang bakal orang ingat dari gue kalau suatu saat gue nggak ada? Jangankan menyenangkan orang lain, bikin senang dan bahagia diri sendiri aja masih jauh dari kata maksimal.

Belum lagi beban hidup yang makin banyak. Bukan saja masalah kekuatan fisik yang menurun. Yang lebih menyebalkan adalah terbelit pertanyaan lingkaran setan yang tak ada habisnya. Tau kan? Mulai dari kapan lulus, kapan nikah, kapan punya anak, kapan nambah anak, dan siklusnya akan berulang lagi. Gitu aja terus sampai manusia pindah ke Mars kemudia  tetanggaan sama alien.

Bagi sebagian orang, mereka lebih menyukai angka 17. Karena katanya ketika umur segitu udah "bebas" untuk ini-itu. Sebagian lain, suka dengan angka 20. Karena katanya sudah dianggap cukup dewasa. Lalu bagaimana dengan 25? Bagaimana Anda memaknai usia ke-25? Bagaimana cara Anda merayakan hidup yang telah seperempat abad itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar