Senin, 29 Juli 2013

Surat Cinta untuk Plagiator

Kejadiannya udah cukup lama, hampir dua bulan lalu. Meski demikian saya nggak bisa lepas gitu aja. Sudah menjadi utang bagi saya untuk menuliskan ini. Sengaja saya tulis setelah kejadiannya berlalu, soalnya saya sudah mengendapkan dan menghilangkan rasa marah. Jadi, tulisan ini tidak akan penuh amarah -walau sebenarnya sampai saat ini perasaan itu masih ada-. Terus sebenarnya saya mau nulis apa siiiik???


Jadi, giniiiiiii.... Saya memang punya masalah sama isu plagiarisme. Seperti yang pernah saya tulis di sini. Maka ketika mengalami kejadian ini, jelas saya tidak bisa diam saja.


Kejadiannya tepat tanggal 12 Juni 2013 *halah*, saya cek blog. Eh, ada komentar baru nih. Saya baca, isinya kurang lebih minta ijin untuk copas tulisan saya yang ini. Ya, saya jawab boleh, asal sumbernya dicantumkan dan saya minta link-nya kalau tulisan tersebut sudah dipublikasikan. Kemudian saya insyekur, karena komentar tersebut sudah dari beberapa hari sebelumnya, saya takut tulisannya udah dipublikasikan tapi tidak mencantumkan sumbernya -link blog saya-.Berbekal copas beberapa kalimat dari tulisan saya, maka pergilah saya ke opa google. Dan ternyata yang saya temukan.....JRENG JRENG...kalimat yang SAMA PERSIS!!! Penasaran, saya klik link-nya. Lemaslah saya~~~ Saya baca tulisan di link tersebut pelan-pelan, saya ingat betul kata per katanya, tiap kalimatnya. Ya jelas saya hapal, lha wong saya yang nulis. Takut mata saya yang siwer, berulang kali saya cek dengan tulisan yang ada di blog saya. Hasilnya tetap sama. Tulisan tersebut plek-ketiplek sama alias hasil copas tulisan saya. Kalau nggak percaya, ini tulisannya dan bandingkan sendiri dengan yang ada di blog saya.

Seketika saya nggak tau harus sedih atau bangga. Jelas sedih, karena tulisan saya sudah diplagiat tanpa ijin, tanpa mencantumkan sumbernya. Bangga? Somehow, saya bangga juga sik karena tulisan saya di notes tersebut ternyata banyak yang suka dan banyak yang share juga. Perasaan saya jadi bertambah, miris. Lha wong di sumber aslinya tulisan saya itu cuma dapet +1. Sementara di notes itu...... hhhhh. Mbok ya kalo mau copas itu sumbernya dicantumin, nama saya disebut juga. Pan saya juga mau ikutan tenar kayak tulisan saya itu. #inisihsayanyaajayangbancitampil

Saya sadar siapalah saya ini? Tulisan saya pun belum ada apa-apanya. Tapi saya menghargai setiap tulisan saya. Tidak mudah mendapatkan ide, lebih tidak mudah lagi menyusun aksara demi aksara hingga akhirnya membentuk sebuah tulisan. Jadi, setiap tulisan yang saya hasilkan, saya anggap seperti anak yang saya jaga agar tidak kehilangan. Berlebihan? Biarin! Saya juga sadar ketika saya memublikasikan tulisan saya di dunia maya, risiko jadi korban plagiarisme ini akan ada. But then again, siapa sih saya ini???

Menit-menit pun berlalu hingga berganti jam. Saya terus mengecek akun tersebut. Saya tau akun tersebut sudah beberapa kali update dan tentu baca notifikasi dari saya. Tapi apakah ada perkataan maaf? Hohoho...jangan harap, tidak ada maliiiiihhhh! Kesel. Marah. Akhirnya saya putuskan untuk mengirimkan pesan dengan perkataan sesantun yang saya bisa. Saya meminta orang yang ada di balik akun tersebut yang entah siapa itu, untuk mengakui kesalahannya dan meralat tulisan di notes-nya agar mencantumkan link blog saya. Tapi dasar si kutu kupret, setelah  ditunggu beberapa jam kemudian tetap tidak ada respons. Mungkin urat malunya sudah putus kali ya. Jadi siapa pun yang menemukannya, cik tolong dikembalikan ke dia. Saat itu juga saya langsung nangis. Gusti, timbang minta maaf aja kok ya susah amat. Di situ saya merasa sakit hati. Sudahlah tulisan saya dicuri, sudah saya tegur pun si pencuri boro-boro minta maaf, mengakui saja nggak. Cih! Saya makin nelangsa, karena saya nggak tau apa yang harus saya lakukan saat itu. Saya menjadi korban, tapi saya mau lapor sama siapa? Ih, sedih pisanlah pokoknya.

Akhirnya setelah saya puas menangis dan perasaan saya agak membaik. Saya iseng buka-buka notes yang lain. Dan ternyata.....selain tulisan saya, ada beberapa tulisan milik orang lain juga yang dia copas. Diiiiihhhh, nggak malu itu sama nama akunnya? Nama sih boleh bagus, kelakuan?

Ujung-ujungnya saya ketawa sendiri, ternyata bukan saya aja yang menjadi korban akun tersebut. Seketika ingin tos sama korban-korban lainnya. :))))

Yang kasihan sih suami saya nanti kalo dibacain surat itu sama saya. Misal...
saya: *bacain surat*suami: hhmmm... yang, kok suratnya sama sih
saya: sama gimana maksudnya?
suami: sama kayak cerita temenku. jadi katanya dia juga dibacain surat sama istrinya. suratnya persis sama kayak yang barusan kamu bacain
saya: errrr...istrinya temenmu pengikut akun RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF kali :))) #kemudianjelasinkronolgikejadiancopastersebut
Dear my (future) husband, i'll make a love letter again for you. and this time i promise i'll keep it just for myself.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar