Selasa, 10 April 2012

[Resensi] Three Weddings and Jane Austen


Judul: Three Weddings and Jane Austen

Penulis: Prima Santika

Tebal: 464 halaman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Rating 3 of 5 stars











Punya anak perempuan, apalagi lebih satu, memang tidak mudah. Hal inilah yang dirasakan oleh Ibu Sri, ibu dari Emma, Meri dan Lisa. Memiliki 3 anak perempuan bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh Ibu Sri. Beliau harus mengajari dan menjaga mereka agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah. Belum lagi, ketiga anaknya sudah berusia matang namun belum ada satu pun yang menikah. Tentu saja ini membuat ibu Sri senewen.

Ibu Sri ini sangat menggemari novel-novel karya Jane Austen. Bahkan nama anak-anaknya pun diambil dari tokoh yang ada dalam novel penulis favoritnya. Ia berharap anak-anaknya akan memiliki karakter yang sama dengan yang ada pada tokoh tersebut.selain hobi membaca novel karya Jane Austen, ibu Sri juga hobi berbagi penggalan cerita dari novel itu saat beliau menasehati ketiga anaknya. Kadang dari novel Pride and Prejudice, sekali waktu tentang Persuasion, di kesempatan lain mengenai Sense and Sensibilty, dan semua novel Jane Austen pun tak luput untuk dibahas pada anaknya. Tak jarang ibu Sri melakukannya berulang kali hingga  Emma, Meri dan Lisa pun bosan mendengar celotehan ibunya yang melulu tentang novel-novel Jane Austen.

Namun semuanya berubah ketika Emma, Meri dan Lisa benar-benar bermasalah dalam percintaannya. Mereka yang selama ini menolak membaca karya Jane Austen yang sering diminta oleh ibunya, kini dengan sukarela membaca salah satu novel penulis favorit ibunya yang sesuai dengan masalah mereka masing-masing. Setelah membaca novel tersebut, kehidupan Emma, Meri dan Lisa pun berubah. Ini membuat Ibu Sri amat senang. Karena ia telah menunaikan kewajibannya sebagai orang tua dari 3 anak perempuannya.
Seperti itulah kira-kira synopsis dari novel Three Weddings and Jane Austen karya Prima Santika. Cukup menarik, karena penulis dengan pandai mengutip isi dari buku-buku Jane Austen yang sesuai dengan konflik yang terjadi pada novel. Selain itu, sangat terasa unsur Jawa dalam novel ini. Hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana tindak-tanduk keluarga ibu Sri, terutama pada ketiga anak perempuannya, khusunya Emma. Di mana, Emma merupakan sosok perempuan yang selalu menampilkan senyum dan pandai menutupi kesedihan atau kegelisahan yang sedang ia rasakan. Emma juga selayaknya perempuan jawa pada umumnya, ia akan menunggu pria yang dicintainya mengatakan cinta terlebih dahulu padanya.


Yang unik dari novel ini adalah setiap percakapan dicetak miring. Namun sayang, mungkin saat proof reading luput dari penglihatan, ada beberapa bagian percakapan yang seharusnya dicetak miring tetapi pada kenyataannya tidak. Juga terdapat cukup banyak typo. Tetapi tenang saja, mulai cetakan selanjutnya diharapkan kesalahan tersebut sudah diperbaiki karena memang telah memasuki tahap editing kembali. Dan yang lebih uniknya lagi adalah walaupun semua tokoh utama dalam buku ini adalah perempuan, tetapi ternyata penulisnya adalah laki-laki. Walau begitu penulis mampu mendeskripskikan sosok dan karakter Emma, Meri dan Lisa dengan sangat baik. Satu poin tambahan untuk buku ini. Saat membaca buku ini siap-siap saja anda dibawa bernostalgia dengan kisah-kisah dalam buku Jane Austen. Anda juga akan disuguhi beberapa puisi romantis karya penulis di setiap subbab-nya. Dan saya memberikan 4 jempol untuk that vintage book jacket. Really great cover and eye catching. Salut untuk desainer sampulnya, yaitu sang penulis dan Eduard Iwan Mangopang.

Menurut saya kekurangan dari buku ini adalah perpindahan dari narasi dan percakapan kadang terasa sangat tiba-tiba. Begitu pun saat perpindahan adegan, terasa kurang smooth. But, I enjoyed reading this book J

Quote of the book:
"Kecil atau besar, apa pun jenis bukunya, perpustakaan seharusnya ada di setiap rumah. Setidaknya ada rak buku untuk mengajari kita supaya menghargai buku dengan cara menyusunnya secara rapi."
(Three Weddings and Jane Austen, page 360)

2 komentar:

  1. Jadi kepengen baca. Kayaknya seru cerita tentang seorang ibu yang repot mendidik anak perempuannya. Btw, tu format bukunya landscape, ya?

    BalasHapus
  2. nope, formatnya tetep potrait kok. itu cuma cover-nya aja yang landscape. read it asap! :)

    BalasHapus