Rabu, 04 November 2015
Another Prolog
Sabtu, 31 Oktober 2015
Guru Memaksa Murid Nyontek
Tadi bertanya ke murid lesku...
"De, hasil UTS udah dibagiin belum?"
"Belum mbak. Kayaknya Bahasa Indonesia aku kecil deh..."
"Loh, kok gitu? Kamu nggak belajar ya?"
"Belajar kok. Gurunya aja aneh. Masa kata-katanya harus sama kayak di buku. Urutannya juga. Aku kan unsur-unsur cerita ada semua, tapi karena urutannya nggak sama kayak di buku, jawabanku disalahin. Terus pengertian dongeng aku ada yang beda 1 kata juga jadinya disalahin."
Baca ceritanya bikin gemes nggak sih? Apalagi aku yang dengar langsung. GEMEZ MAKSIMAL! Rasanya pengin nyamperin gurunya terus bilang "Anda bisa mengajar nggak? Niat nggak jadi guru?".
Bukannya aku sok. Siapalah aku ini, hanya anak bawang di dunia pendidikan. Tapi aku berusaha untuk jadi pengajar yang baik. Dan menilik kisah muridku tadi, itu salah satu hal yang tidak baik dalam proses KBM. Kenapa? Karena guru tidak menghargai proses belajar si siswa dan tidak memberikan wadah bagi siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya. Jadi, jangan salahkan jika para siswa menyontek saat ulangan. Karena secara tidak langsung guru 'memaksa' mereka untuk seperti itu. Kalau sudah begini, gimana pendidikan Indonesia mau maju kalau gurunya pun seperti itu? Belum lagi kelulusan yang ditentukan oleh UN yang tidak mementingkan proses belajar siswa.
Saya juga suka sebal dengan guru yang suka memberi soal "Jelaskan pengertian X menurut Y!" Boooookkk, itu tokoh-tokoh biasanya nggak cuma 1, minimal 3 laah. Gimana siswa nggak keblinger menghapal segitu banyak pengertian X dari berbagai tokoh? Kenapa nggak 'jelaskan pengertian X menurut pendapatmu"? Selain tidak membuat siswa keblinger, juga terpaku berdasarkan buku, dengan pertanyaan tersebut membuat anak berani mengemukakan pendapatnya meski cuma lewat tulisan. Dan dalam mengemukakan pendapatnya tersebut siswa juga belajar menulis, belajar merangkai kalimat lebih baik.
Sebagai guru kita harus meminimalisir kebiasaan menyontek, salah satunya dengan memberi soal-soal yang bisa mengeksplorasi kemampuan siswa juga tidak membuat siswa terpaku dengan pelajaran yang ada di buku.
PS: Buat guru murid lesku itu, siapa dosen EPM Anda? Seandainya almarhum pak Erman masih ada, pengin deh nyodorin Anda ke beliau biar kena semprot.
Sabtu, 24 Oktober 2015
[Birthday Giveaway] Broken Vow
- Berdomisili di Indonesia atau memiliki alamat di Indonesia untuk pengiriman hadiah jika menang
- Ceritakan pengalamanmu bersama sahabat (yang sudah dijelaskan di atas) di kolom komentar postingan ini. Di akhir komentar cantumkan akun twittermu.
- Satu orang hanya boleh meninggalkan satu komentar.
- Akan dipilih satu cerita yang paling menarik untuk jadi pemenang.
- Giveaway berlangsung mulai hari ini sampai dengan tanggal 31 Oktober 2015 pukul 23.5
- Pemenang setelah mendapatkan buku Broken Vow dan membacanya, wajib membuat ulasan mengenai bukunya di blog atau akun goodreads. Kemudian share link-nya di twitter dan mention @halidahanun dan @yurisAfrizal
- Jika ada pertanyaan boleh hubungi saya langsung via twitter @halidahanun
- Selamat mencoba keberuntungan! ;)
[Birthday Giveaway] Sunset Holiday
- Berdomisili di Indonesia atau ada alamat di Indonesia sebagai tujuan pengiriman hadiah jika menang.
- Memiliki akun instagram. Dan pastikan tidak dikunci. Cukup hatimu saja yang terkunci untuknya *halah*
- Memposting foto traveling kamu yang paling berkesan bersama seseorang. Kemudian ceritakan mengapa perjalananmu bersama dia menjadi berkesan. Wajib mencantumkan #hanunbirthdaygiveaway. Akan lebih mudah jika mention atau tag akun IG saya @halidahanun
- Satu akun hanya boleh mengunggah 1 foto saja.
- Kuis berlangsung mulai hari ini hingga 31 Oktober 2015 pukul 23.59
- Foto dan cerita yang paling menarik serta bisa membuat saya terkesan, akan menjadi pemenangnya dan mendapatkan hadiah 1 buah buku Sunset Holiday karya Nina Ardianti dan Mahir Pradana.
- Pemenang setelah mendapatkan buku Sunset Holiday dan membacanya, wajib membuat ulasan mengenai bukunya di blog atau akun goodreads. Kemudian share link-nya di twitter dan mention @halidahanun, @ninaardianti dan @maheeeR
- Jika ada pertanyaan boleh hubungi saya langsung via twitter @halidahanun
- Selamat mencoba keberuntungan! ;)
Jumat, 23 Oktober 2015
[Resensi] Broken Vow
Ungkapan "Rumput tetangga memang lebih hijau"ini harusnya perlu ditambahkan "Hijau karena rumput alami atau rumput sintetis?" Sering kali kita iri pada kehidupan orang lain yang kita anggap sempurna, padahal siapa yang tahu di baliknya ada luka yang berusaha disembunyikan?
Rabu, 21 Oktober 2015
Birthday Giveaway
Rabu, 14 Oktober 2015
25
Pliiiisss baca judul postingan ini jangan pakai nada "goyang dua lima" alias gojigo. Karena postingan ini bukan berisi lirik lagu tersebut atau pun tutorial goyang dua lima yang lagi marak.
Ceritanya mau (sok) bikin perenungan. Mengingat umur tak lagi muda jika tidak ingin dibilang tua.
25.
Dua puluh lima.
Seperempat abad.
Terembel-embeli kata abad, ada beban tersendiri. Ada tanya yang terselip di hati. "Apa saja yang sudah dilakukan selama 25 tahun ini?" Hidup seperempat abad cuma gini-gini aja kok ya rasanya nggak bermakna banget. Apa coba yang mau dibanggakan? Apa yang bakal orang ingat dari gue kalau suatu saat gue nggak ada? Jangankan menyenangkan orang lain, bikin senang dan bahagia diri sendiri aja masih jauh dari kata maksimal.
Belum lagi beban hidup yang makin banyak. Bukan saja masalah kekuatan fisik yang menurun. Yang lebih menyebalkan adalah terbelit pertanyaan lingkaran setan yang tak ada habisnya. Tau kan? Mulai dari kapan lulus, kapan nikah, kapan punya anak, kapan nambah anak, dan siklusnya akan berulang lagi. Gitu aja terus sampai manusia pindah ke Mars kemudia tetanggaan sama alien.
Bagi sebagian orang, mereka lebih menyukai angka 17. Karena katanya ketika umur segitu udah "bebas" untuk ini-itu. Sebagian lain, suka dengan angka 20. Karena katanya sudah dianggap cukup dewasa. Lalu bagaimana dengan 25? Bagaimana Anda memaknai usia ke-25? Bagaimana cara Anda merayakan hidup yang telah seperempat abad itu?
Minggu, 30 Agustus 2015
Firework
Damn you PMS!
Percayalah, bukan hanya para lelaki yang bingung menghadapi cewek yang sedang PMS, saya pun begitu pas lagi PMS. PMs sendiri, bingung sendiri.
Seperti tadi, tiba-tiba aja pengin main kembang api batangan. Iya, itu lho kembang api yang ada batangnya, yang suka kita puter-puter waktu dimainkan saat kecil dulu. Random banget emang.
Ternyata bukan semata otak yang menginginkannya. Tapi hati ini juga. Dia perlu sesuatu yang bisa memberikan pelita di dalam dirinya. Tak mengapa jika percikan pelita itu kadang bisa membuatnya terasa panas. Karena pada akhirnya saat pelita itu muncul, akan ada senyum bahagia terukir. Dan ketika pelita tersebut mati, ia ingin menyalakan pelita tersebut lagi dan lagi.
Hati ini merindu percikan-percikan rasa yang bisa membuatnya berdebar-debar.
Hati ini merindu untuk bisa lagi kembali merasa.
Minggu, 09 Agustus 2015
[Resensi] Sunset Holiday
Minggu, 05 April 2015
[Resensi] In A Blue Moon
Minggu, 22 Maret 2015
Pamrih dan Ikhlas
Di umur twenty something dan masih single, apalagi yang jadi trending topic kalau bukan jodoh. Iya kan? Kayaknya semua hal disangkutpautkan sama jodoh. Mulai omong-omong yang serius sampai bercandaan.
Tentu usaha dalam mendapatkan jodoh ini berbagai macam, salah satunya yang saya lakukan adalah berdoa. Ada seseorang yang menurut kaca mata luar saya, dia memenuhi sebagian besar kriteria saya. Semakin gencar dong doa saya untuk meminta dijodohkan dengan dia. Tapiiiiii.....sampai sekarang belum ada jawaban dari Tuhan. Sampai akhirnya saya tiba di satu pemikiran. Ini kayaknya saya berdoa cuma pamrih aja deh, belum sampai ke tahap ikhlas.
Lho gimana sih, katanya pamrih tapi ikhlas, mungkin itu yang ada di benak kalian, ya? Iya tau, kalau pamrih itu tidak beriringan dengan ikhlas begitu juga sebaliknya. Jadi mari baca dulu penjelasan saya.
Maksudnya gini lho......
Pamrih di sini jelas dong kita meminta suatu balasan dari doa-doa kita. Berdoa kok pamrih? Lha ya ndak apa-apa, toh satu-satunya yang dapat kita andalkan untuk menolong kita adalah Tuhan dan yang Maha Pengabul juga Tuhan. Sewajarnya kalau kita berdoa itu pamrih, bahwa apa yang dijadikan doa oleh kita dapat dikabulkan Tuhan.
Sayangnya, kadang kita lupa untuk ikhlas dalam berdoa. Maksudnya? Kita lupa ikhlas jika apa yang menjadi doa itu tidak baik, mohon digantikan dengan yang menurut-Nya terbaik.
Contohnya gini deh, balik lagi ke masalah jodoh. Selama ini saya berdoa, "ya Allah, aku suka sama X, dan sebagian besar kriteria suami idamanku ada di dia. Aku mohon didekatkan dengannya. Kalau bisa memilih aku ingin dijodohkan dengannya". Wes, itu thok. Saya lupa menambahkan "tapi kalau memang dia bukan jodohku, mohon diganti dan didatangkan segera pilihan terbaik yang telah Engkau sediakan".
Saking saya fokus meminta si X, saya lupa untuk ikhlas jika si X ini ternyata bukan balasan dari doa saya. Hingga akhirnya saya berpikir, lamanya Tuhan menjawab doa kita itu karena
1. Tuhan menahannya untuk beberapa waktu karena waktunya belum tepat
2. Tuhan menggantinya dengan yang lebih baik dari doa yang kita minta
3. Kita belum ikhlas dalam berdoa, sehingga pengganti pada nomor 2 pun ditahan dulu oleh Tuhan.
Jadi, itulah pamrih dan ikhlas dalam berdoa. Sebuah pelajaran yang saya dapat di tengah-tengah menanti datangnya si jodoh. ;)
Selasa, 17 Februari 2015
Senin, 16 Februari 2015
Loyal Reader
Mengikuti #30harimenulissuratbaca niat awalnya adalah untuk mendisiplinkan diri agar konsisten menulis selama 30 hari berturut-turut. Terlepas akan ada yang baca atau tidak. Namun tentu sebuah tulisan tidak akan berarti jika tidak ada yang membacanya.
Jadi, siapa pun kamu yang sudah membaca surat-surat saya selama ini, terima kasih. Khususnya untuk seseorang yang bernama Fikri Maulana. Dia yang setia menjadi pembaca juga memberikan komentarnya di hampir setiap tulisan. Entah hanya basa-basi atau memang tulus dari hati, komentarmu bikin saya semangat menulis. Terima kasih sudah setia berkunjung ke rumah maya saya. Terima kasih dan salam kenal. :)
Minggu, 15 Februari 2015
Rindu Perhatianmu
Halo ikavuje :)
Masih ingat nggak perkenalan kita? Dua tahun lalu, saat pertama kalinya aku ikutan #30harimenulissuratcinta. Di pengalaman pertamaku ikut proyek menulis ini, beruntung sekali dapat tukang pos seperti dirimu. Orang yang perhatian dengan surat yang akan diantarkannya juga dengan si pengirim surat itu sendiri.
Aku ingat setiap kali mengirimkan satu surat, pasti kau baca dulu lalu diberikan komentar. Kau juga tak segan meninggalkan jejak langkah di setiap surat maya yang akan diantarkan. Kini aku rindu perhatianmu itu.
Bukan berarti aku tak suka dengan tukang posku yang sekarang. Aku yakin dia pun membaca semua surat yang masuk. Tapi perhatiannya tak sebanyak yang diberikan dirimu.
Bagiku, kau bukan hanya sekadar tukang pos melainkan seorang kurir aksara. Kurir aksara yang kini perhatiannya sangat kurindukan.
Sabtu, 14 Februari 2015
Thank You Kiddos
Hari keenam belas, surat bertema dengan tema Just Say It. Dari kemarin bingung mau menyatakan cinta ke siapa, secara ini perasaan kayak sumbu x di diagram Cartesius #eaaa. Tapi setelah dipikir-pikir lagi.......aha mau nyatain ke mereka aja deh.
Mereka siapa? Mereka ini murid-muridku. Sekelompok orang yang kelakuannya suka ajaib. Yang bisa bikin saya tersenyum dengan celotehan dan tingkah lakunya. Yang bisa membuat saya bertahan sampai sejauh ini.
Did you know, everytime i'm not in the good mood to teach, your smiles are my mood booster?
Did you know, everytime i try to stop, your laughs tell me not to stop?
You are the reason why i'm still being a teacher.
You are the one who can boost my mood.
Thank you kiddos for every laughs that we've shared.
I owe you so much.
Jumat, 13 Februari 2015
Dekat Di Mata, Jauh Di Hati
Ini aku yang ada di dekat kamu, yang siap membahagiakan kamu lahir-batin
Ini aku yang ada di dekat kamu, yang siap dicintai kamu mati-matian
Ini aku yang ada di dekat kamu, yang berharap setiap hari bisa menyalami tanganmu sebagai istri, bukan sekadar formalitas belaka
Ini aku yang ada di dekat kamu, yang ibunya suka kamu ajak bicara tapi akunya diacuhkan
Ini aku yang ada di dekat kamu, kenapa harus cari yang lain nun jauh di sana?
Kamis, 12 Februari 2015
Jiiiiirrrrr.....
Baru kali ini ketemu kamu langsung. Harusnya sedih karena hadirmu adalah musibah. Tapi apalah daya, aku orangnya suka norak. Pertama kalinya ketemu kamu, jadi langsung foto-foto #ootd ala-ala. Kalo nggak malu sama anak murid mungkin udah main-main sama kamu.
Jadi, makasih udah ajak aku berkenalan. Cukup segini aja perkenalan kita. Jangan lama-lama ya, kasihan yang rumahnya didatangi kamu.
Cepet surut, jir.
Rabu, 11 Februari 2015
Jangan Berhenti Di Sini
Hm....
Nggak terasa udah hampir dua tahun.
Dua tahun lalu, saya mulai mengajar. Kalian yang pertama kali saya ajar. Ada rasa khawatir juga takut kalau diri ini nggak bisa amanah, nggak bisa mengajar juga mendidik dengan baik, nggak bisa memberikan ilmu dengan benar, nggak bisa menjadi teladan, dan nggak bisa yang lainnya. Tapi setiap kali melihat semangat dan antusias kalian, saya percaya saya pasti bisa.
Sekarang, kalian sudah di akhir masa SMA. Sebentar lagi kalian akan melewati gerbang SMA. Akan melanjutkan ke kehidupan lain.
Nak, saat mengajar kalian besar harapan saya agar kalian bisa menjadi orang sukses. Tinggi harapan saya agar kalian bisa melanjutkan ke bangku kuliah. Saya tau, masalah ekonomi menjadi masalah utama untuk sebagian besar di antara kalian. Tapi buat saya, selalu ada jalan bagi mereka yang mau mencari. Apalagi bagi kalian yang berpotensi, jangan berhenti sampai di sini. Asahlah kemampuan kalian seruncing mungkin.
Nak, kalian tau mengapa saya suka ngoto menyuruhmu kuliah? Karena saya nggak ingin kalian hanya menjadi buruh/karyawan pabrik seperti kakak, bibi, ibu, saudara atau tetangga kita selama ini. Saya ingin kalian menjadi orang yang sukses, yang memiliki ilmu tinggi, juga pola pikir dan wawasan yang luas.
Nak, pintu gerbang sudah di depan mata. Bersiaplah dari sekarang. Mantapkan pijakanmu untuk kamu melangkah atau bahkan berlari nanti. Terbanglah sejauh yang kalian mampu. Perbanyak teman, perluas pergaulan, serap ilmu sebanyak-banyaknya.
Sekali lagi, jangan berhenti sampai di sini, nak. Jangan.
Selasa, 10 Februari 2015
Si Tukang PHP
Dear,
Bisa tidak berhenti menerorku dengan pesan-pesanmu yang omong kosong itu?
Bisa tidak berhenti membuat ponselku sering berdering hanya untuk sebuah pesan yang ternyata harapan palsu buatku?
Setiap kali dering ponselku berbunyi, aku berharap itu dari dia.
Tapi ternyata itu dari kamu.
Selalu begitu.
Kamu si tukang pemberi harapan palsu.
Oh, operator.
Senin, 09 Februari 2015
10 Pertama yang Telah Kita Lalui
Senin, 9 Februari 2015
Hari kesebelas
Halo peserta dan tukang pos di #30harimenulissuratcinta
Apa kabarnya? Masih semangat, kan?
Harus dong
Kalau kalian nggak semangat, akunya juga jadi ikut nggak semangat.
Nggak terasa kita udah melalui 10 hari pertama. Buatku sih nggak mudah, ternyata. Konsisten menulis itu sulit, jenderal! Mulai dari "duh, mau nulis apa lagi ya?", "bikin surat untuk siapa lagi ya?", sampai "duh udah jam segini nih, belum nulis surat juga. Apa nggak usah nulis aja ya?" Tapi karena dari awal ingin menjadikan #30harimenulissuratcinta ini sebuah tantangan dan berkomitmen untuk menaklukkannya, jadilah nggak pernah absen menulis surat. Meski akhirnya surat yang ditulis suka nggak jelas dan ini apeu banget sik. Hahahaha
Selama 10 hari kemarin saya belajar, bahwa konsisten menulis sama juga dengan konsisten mencintai. Kita harus mencari hal-hal lain agar tidak bosan dengan rasa cinta itu sendiri. Kita harus kreatif menciptakan sesuatu yang baru agar rasa cinta itu tetap ada dan bisa selalu dirasakan.
Akhir kata, untuk semua peserta #30harimenulissuratcinta semoga kita tetap semangat menulis surat, semangat mencinta, semangat menyebarkan cinta, juga semangat belajar tentang cinta itu sendiri. Juga untuk para tukang pos yang kece-kece, yang seletih apapun tetap mengantarkan surat, semoga selalu semangat dalam mengantarkan surat.
Salam cinta! ��
Minggu, 08 Februari 2015
A Letter to My (Future) Children
Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada
Tapi saat ini aku sudah punya rencana-rencana buatmu
Rencana bagaimana cara aku akan mendidikmu nanti
Rencana bagaimana cara aku akan mengarahkanmu nanti
Rencana bagaimana cara aku membesarkanmu nanti
Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada
Tapi aku yakin hadirmu adalah sekolah khusus buatku
Bahkan sebelum adanya kamu, kini aku sudah mulai belajar
Belajar banyak, nak
Belajar dari orang-orang bagaimana menjadi orangtua yang baik
Orangtua yang bisa mencintai, mendidik, mengarahkan dan membesarkanmu dengan hal-hal terbaik
Terbaik untukmu, bukan untukku, untuk ayamu, untuk keluargamu
Aku belajar dari sekarang untuk tidak menjadi orangtua yang otoriter terhadap anaknya
Aku belajar untuk tidak memaksamu, melainkan membebaskanmu
Bebas yang masih dalam penjagaanku
Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada.
Jauh sebelum aku tahu apa jenis kelaminmu, bagaimana rupamu.
Jauh sebelum aku tahu siapa ayahmu kelak, bagaimana parasnya, seperti apa perangainya.
Nak, aku tak pernah lelah memanggil (calon) ayahmu untuk segera datang
Tapi mungkin ia masih sibuk
Atau ia tidak terlalu mendengar suaraku
Mungkin jika kamu yang memanggilnya, ia akan segera datang
Mau bantu ibu, nak?
Sabtu, 07 Februari 2015
Surat izin
Tangerang, 07 Februari 2015
Salam
Kepada yang terhormat tukang pos tercinta, blog tersayang dan para pembaca setia tulisan saya (kalo ada).
Saya yang bernama Halida Hanun, mohon izin untuk absen menulis surat hari ini. Hal ini dikarenakan saya sedang terlalu lelah juga tak ada ide akan mengirimi surat untuk siapa.
Semoga kalian dapat memakluminya. Terima kasih atas perhatiannya.
Tertanda
Halida Hanun
Jumat, 06 Februari 2015
Hujan yang Tersesat
Saat aku menulis ini, aku sedang memandangimu dari balik jendela.
Melihatmu turun satu per satu.
Mulai dari rintik kecil hingga akhirnya menjadi rinai yang deras.
Lalu akhirnya kamu menggenangi halaman juga jalanan depan rumahku.
Hujan
Bagaimana perasaanmu ketika kamu turun, banyak orang yang mencercamu karena urusan mereka jadi terhambat?
Bagaimana perasaanmu ketika kamu datang, banyak orang jadi bersedih karena kamu mengingatkan mereka akan masa lalunya?
Hujan
Hadirmu menjawab doa kami di saat musim kemarau tiba.
Namun ketika kamu hadir terus-menerus, sosokmu yang awalnya adalah berkah lalu menjadi musibah.
Bagaimana perasaanmu ketika kamu akhirnya menyalahkanmu?
Hujan
Kemana kah kau pergi?
Tersesatkah kamu mencari jalan pulang?
Sawah-sawah tempat di mana seharusnya kamu tertampung, kini berubah menjadi petak-petak perumahan.
Jalan-jalan gang pun kini semuanya menggunakan block yang membuatmu sulit menembusnya.
Daerah-daerah pegunungan yang harusnya menjadi wadah yang bisa menyerapmu, kini dipenuhi vila-vila.
Lalu, bagaimana caranya kamu pulang?
Hujan
Maafkan kami yang telah membuatmu sulit menemukan jalan pulang.
Sekarang jika ada banjir datang, aku tahu itulah kamu yang tersesat.
Itulah kumpulan air matamu, tangis sedih dan marah karena kelakuan kami, para manusia.
Hujan
Maafkan kami
Kamis, 05 Februari 2015
Tuan Tak Bernama
Hei tuan yang belum aku ketahui namanya
Sedang apa saat ini?
Bekerja? Pekerjaan apakah yang kamu miliki?
Apapun pekerjaanmu, aku berharap itu adalah hal yang baik dan halal.
Kalau kamu memang sedang bekerja, berarti kamu adalah pekerja keras, tangguh, juga sudah pantas untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga.
Tuan apakah orang-orang banyak yang menanyakan kapan kamu akan menikah?
Kalau iya, apa tanggapanmu?
"Doain aja"?
Tapi kata temanku kalau ada yang bertanya seperti itu jawablah dengan "segera", karena katanya perkataan adalah doa.
Tuan yang saat ini sedang menuju ke arahku, hati-hati di jalan.
Mungkin tak selalu mulus jalanmu.
Tapi ingatlah, jika kamu terjatuh kamu harus bangkit dan melanjutkan perjalanan meski dengan tertatih.
Jika kamu mulai merasa tersesat, dengarkan hatimu.
Karena dari sini aku selalu memanggil namamu untuk menuntunmu.
Hei tuan tak bernama yang suatu hari nanti mungkin aku panggil sayang,
Selangkah kakimu menujuku
Selangkah kakiku menujumu
Entah di persimpangan mana kita akan bertemu
Entah kapan kita akan berjumpa
Doaku, semoga disegerakan.
Rabu, 04 Februari 2015
Karena Kita Tidak Kenal
26 Oktober 2014
Hari di mana aku bertemu dengan orang asing yang memperkenalkan diri bernama Yunia. Dia berasal dari Bogor dan baru seminggu kerja di Tangerang. Kami dipersatukan karena keadaan. Di mana kereta yang kami naiki tidak bisa menuju stasiun Duri karena ada gangguan.
Mulai dari lari-lari di stasiun Jakarta Kota untuk mengejar kereta tujuan stasiun Duri, kemudian harus naik metromini dan melihat langsung korban pencopetan, dan akhirnya bisa duduk manis di bus patas menuju Tangerang.
Nyamannya kondisi bus patas membuat kami akhirnya saling bercerita. Mulai dari bagaimana kamu akhirnya bisa bekerja di Tangerang, keadaan di kantormu seperti apa, keluargamu kayak apa, hingga apa tujuan hidupmu. Begitu pun aku. Bercerita tentang kenapa aku bisa jadi guru beserta suka dukanya, juga cerita apa saja mimpi-mimpi aku yang belum terwujud.
Kami yang saling sama-sama asing akhirnya menemukan rasa percaya dan sikap terbuka. Mungkin karena orang asing melihat masalah dengan objektif. Mungkin karena orang asing tidak akan menghakimi kita. Mungkin karena orang asing tidak akan bertemu lagi nantinya.
Atau mungkin karena kita tidak kenal maka ingin saling mengenal.
Selasa, 03 Februari 2015
Sudah Tanggal Tiga
Kepada ibu dan bapak pegawai tata usaha.
Saya-yang-udah-bokek-berat
Senin, 02 Februari 2015
Belajar Patah Hati
Seseorang yang pernah kutitipkan rasa cinta.
Terima kasih, telah bersedia menjaganya meski hanya sesaat.
Terima kasih, telah mengembalikannya dengan cara yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku.
Terima kasih, telah mengajarkan bahwa benar cinta ini hanya boleh dititipkan kepada-Nya.
Seseorang yang pernah memberikan harapan-harapan.
Terima kasih, telah membuat hidupku lebih bergairah sesaat pada waktu itu karena harapan yang kamu berikan.
Terima kasih, telah mengajarkan untuk tidak berharap pada mereka selain Tuhanku.
Minggu, 01 Februari 2015
Keran Air dan Ember
Sabtu, 31 Januari 2015
Halo, Salam Kenal
Nggak terasa sudah memasuki waktu Indonesia bagian #30harimenulissuratcinta. Ini tahun kedua saya mengikuti program ini, setelah tahun kemarin nggak lulus karena nggak berhasil bikin 30 surat. Tahun lalu, tukang pos saya adalah kak Ikavuje. Dan tahun ini ada perubahan. Makanya mau kenalan dulu.
Halo, kak Adimasnuel. Saya harus panggil apa nih? A atau mas? *dikepruk* Sebelumnya saya mau minta maaf karena mungkin impresi pertama tidak baik. Dikarenakan saya yang pikun kalau kemarin harusnya udah mulai menulis surat. Sebelumnya saya memang sudah familiar dengan nama kakak, karena sering wira-wiri di linimasa twitter saya. Tapi baru kali ini saya bener-bener berkenalan dengan kakak. Oiya, saya juga penasaran sama Plesir Mimpi karya kakak, yang emang belum kesampaian buat beli.
Kak, perkenalkan namaku Hanun. Guru matematika sekaligus pencinta aksara. Mungkin karena masih muda, jadi murid-murid lebih bebas berekspresi. Saking bebasnya jatuhnya malah ajaib. Kalo mau tau gimana ajaibnya, boleh dibaca di sini.
Mungkin segitu aja kali ya perkenalannya. Semoga 29 hari ke depan kita sama-sama semangat. Semangat menulis surat dan mengantarkan surat. ;)
Jumat, 30 Januari 2015
[Resensi] Walking After You
16 vs 24
Beberapa temennya udah ngelobi saya buat ngerjain dia. Tapi ya saya mah apa atuh, nggak bisa marah. Yaudah saya iyain aja. Mau ngapain-ngapainnya gimana nanti deh. Nah pas hari H, tuh anak yang biasanya pecicilan kok hari itu diem dan sok alim. Kan kampret! Gimana mau marahinnya coba?
Sabtu, 17 Januari 2015
Tobat Finansial
"Tahun pertama kerja dinikmati aja dulu uangnya. Dipake buat beli ini-itu yang kamu mau. Tahun kedua baru deh mulai mikirin investasi"
Jumat, 16 Januari 2015
Blog Angker
........tengok kanan-kiri..........
........komat-komit baca ayat jursi.......