Tuhan, tolong kabulkan doaku ini
Aamiin
Mengikuti #30harimenulissuratbaca niat awalnya adalah untuk mendisiplinkan diri agar konsisten menulis selama 30 hari berturut-turut. Terlepas akan ada yang baca atau tidak. Namun tentu sebuah tulisan tidak akan berarti jika tidak ada yang membacanya.
Jadi, siapa pun kamu yang sudah membaca surat-surat saya selama ini, terima kasih. Khususnya untuk seseorang yang bernama Fikri Maulana. Dia yang setia menjadi pembaca juga memberikan komentarnya di hampir setiap tulisan. Entah hanya basa-basi atau memang tulus dari hati, komentarmu bikin saya semangat menulis. Terima kasih sudah setia berkunjung ke rumah maya saya. Terima kasih dan salam kenal. :)
Halo ikavuje :)
Masih ingat nggak perkenalan kita? Dua tahun lalu, saat pertama kalinya aku ikutan #30harimenulissuratcinta. Di pengalaman pertamaku ikut proyek menulis ini, beruntung sekali dapat tukang pos seperti dirimu. Orang yang perhatian dengan surat yang akan diantarkannya juga dengan si pengirim surat itu sendiri.
Aku ingat setiap kali mengirimkan satu surat, pasti kau baca dulu lalu diberikan komentar. Kau juga tak segan meninggalkan jejak langkah di setiap surat maya yang akan diantarkan. Kini aku rindu perhatianmu itu.
Bukan berarti aku tak suka dengan tukang posku yang sekarang. Aku yakin dia pun membaca semua surat yang masuk. Tapi perhatiannya tak sebanyak yang diberikan dirimu.
Bagiku, kau bukan hanya sekadar tukang pos melainkan seorang kurir aksara. Kurir aksara yang kini perhatiannya sangat kurindukan.
Hari keenam belas, surat bertema dengan tema Just Say It. Dari kemarin bingung mau menyatakan cinta ke siapa, secara ini perasaan kayak sumbu x di diagram Cartesius #eaaa. Tapi setelah dipikir-pikir lagi.......aha mau nyatain ke mereka aja deh.
Mereka siapa? Mereka ini murid-muridku. Sekelompok orang yang kelakuannya suka ajaib. Yang bisa bikin saya tersenyum dengan celotehan dan tingkah lakunya. Yang bisa membuat saya bertahan sampai sejauh ini.
Did you know, everytime i'm not in the good mood to teach, your smiles are my mood booster?
Did you know, everytime i try to stop, your laughs tell me not to stop?
You are the reason why i'm still being a teacher.
You are the one who can boost my mood.
Thank you kiddos for every laughs that we've shared.
I owe you so much.
Ini aku yang ada di dekat kamu, yang siap membahagiakan kamu lahir-batin
Ini aku yang ada di dekat kamu, yang siap dicintai kamu mati-matian
Ini aku yang ada di dekat kamu, yang berharap setiap hari bisa menyalami tanganmu sebagai istri, bukan sekadar formalitas belaka
Ini aku yang ada di dekat kamu, yang ibunya suka kamu ajak bicara tapi akunya diacuhkan
Ini aku yang ada di dekat kamu, kenapa harus cari yang lain nun jauh di sana?
Baru kali ini ketemu kamu langsung. Harusnya sedih karena hadirmu adalah musibah. Tapi apalah daya, aku orangnya suka norak. Pertama kalinya ketemu kamu, jadi langsung foto-foto #ootd ala-ala. Kalo nggak malu sama anak murid mungkin udah main-main sama kamu.
Jadi, makasih udah ajak aku berkenalan. Cukup segini aja perkenalan kita. Jangan lama-lama ya, kasihan yang rumahnya didatangi kamu.
Cepet surut, jir.
Hm....
Nggak terasa udah hampir dua tahun.
Dua tahun lalu, saya mulai mengajar. Kalian yang pertama kali saya ajar. Ada rasa khawatir juga takut kalau diri ini nggak bisa amanah, nggak bisa mengajar juga mendidik dengan baik, nggak bisa memberikan ilmu dengan benar, nggak bisa menjadi teladan, dan nggak bisa yang lainnya. Tapi setiap kali melihat semangat dan antusias kalian, saya percaya saya pasti bisa.
Sekarang, kalian sudah di akhir masa SMA. Sebentar lagi kalian akan melewati gerbang SMA. Akan melanjutkan ke kehidupan lain.
Nak, saat mengajar kalian besar harapan saya agar kalian bisa menjadi orang sukses. Tinggi harapan saya agar kalian bisa melanjutkan ke bangku kuliah. Saya tau, masalah ekonomi menjadi masalah utama untuk sebagian besar di antara kalian. Tapi buat saya, selalu ada jalan bagi mereka yang mau mencari. Apalagi bagi kalian yang berpotensi, jangan berhenti sampai di sini. Asahlah kemampuan kalian seruncing mungkin.
Nak, kalian tau mengapa saya suka ngoto menyuruhmu kuliah? Karena saya nggak ingin kalian hanya menjadi buruh/karyawan pabrik seperti kakak, bibi, ibu, saudara atau tetangga kita selama ini. Saya ingin kalian menjadi orang yang sukses, yang memiliki ilmu tinggi, juga pola pikir dan wawasan yang luas.
Nak, pintu gerbang sudah di depan mata. Bersiaplah dari sekarang. Mantapkan pijakanmu untuk kamu melangkah atau bahkan berlari nanti. Terbanglah sejauh yang kalian mampu. Perbanyak teman, perluas pergaulan, serap ilmu sebanyak-banyaknya.
Sekali lagi, jangan berhenti sampai di sini, nak. Jangan.
Dear,
Bisa tidak berhenti menerorku dengan pesan-pesanmu yang omong kosong itu?
Bisa tidak berhenti membuat ponselku sering berdering hanya untuk sebuah pesan yang ternyata harapan palsu buatku?
Setiap kali dering ponselku berbunyi, aku berharap itu dari dia.
Tapi ternyata itu dari kamu.
Selalu begitu.
Kamu si tukang pemberi harapan palsu.
Oh, operator.
Senin, 9 Februari 2015
Hari kesebelas
Halo peserta dan tukang pos di #30harimenulissuratcinta
Apa kabarnya? Masih semangat, kan?
Harus dong
Kalau kalian nggak semangat, akunya juga jadi ikut nggak semangat.
Nggak terasa kita udah melalui 10 hari pertama. Buatku sih nggak mudah, ternyata. Konsisten menulis itu sulit, jenderal! Mulai dari "duh, mau nulis apa lagi ya?", "bikin surat untuk siapa lagi ya?", sampai "duh udah jam segini nih, belum nulis surat juga. Apa nggak usah nulis aja ya?" Tapi karena dari awal ingin menjadikan #30harimenulissuratcinta ini sebuah tantangan dan berkomitmen untuk menaklukkannya, jadilah nggak pernah absen menulis surat. Meski akhirnya surat yang ditulis suka nggak jelas dan ini apeu banget sik. Hahahaha
Selama 10 hari kemarin saya belajar, bahwa konsisten menulis sama juga dengan konsisten mencintai. Kita harus mencari hal-hal lain agar tidak bosan dengan rasa cinta itu sendiri. Kita harus kreatif menciptakan sesuatu yang baru agar rasa cinta itu tetap ada dan bisa selalu dirasakan.
Akhir kata, untuk semua peserta #30harimenulissuratcinta semoga kita tetap semangat menulis surat, semangat mencinta, semangat menyebarkan cinta, juga semangat belajar tentang cinta itu sendiri. Juga untuk para tukang pos yang kece-kece, yang seletih apapun tetap mengantarkan surat, semoga selalu semangat dalam mengantarkan surat.
Salam cinta! ��
Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada
Tapi saat ini aku sudah punya rencana-rencana buatmu
Rencana bagaimana cara aku akan mendidikmu nanti
Rencana bagaimana cara aku akan mengarahkanmu nanti
Rencana bagaimana cara aku membesarkanmu nanti
Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada
Tapi aku yakin hadirmu adalah sekolah khusus buatku
Bahkan sebelum adanya kamu, kini aku sudah mulai belajar
Belajar banyak, nak
Belajar dari orang-orang bagaimana menjadi orangtua yang baik
Orangtua yang bisa mencintai, mendidik, mengarahkan dan membesarkanmu dengan hal-hal terbaik
Terbaik untukmu, bukan untukku, untuk ayamu, untuk keluargamu
Aku belajar dari sekarang untuk tidak menjadi orangtua yang otoriter terhadap anaknya
Aku belajar untuk tidak memaksamu, melainkan membebaskanmu
Bebas yang masih dalam penjagaanku
Hei, nak...
Surat ini aku buat jauh sebelum kamu ada.
Jauh sebelum aku tahu apa jenis kelaminmu, bagaimana rupamu.
Jauh sebelum aku tahu siapa ayahmu kelak, bagaimana parasnya, seperti apa perangainya.
Nak, aku tak pernah lelah memanggil (calon) ayahmu untuk segera datang
Tapi mungkin ia masih sibuk
Atau ia tidak terlalu mendengar suaraku
Mungkin jika kamu yang memanggilnya, ia akan segera datang
Mau bantu ibu, nak?
Tangerang, 07 Februari 2015
Salam
Kepada yang terhormat tukang pos tercinta, blog tersayang dan para pembaca setia tulisan saya (kalo ada).
Saya yang bernama Halida Hanun, mohon izin untuk absen menulis surat hari ini. Hal ini dikarenakan saya sedang terlalu lelah juga tak ada ide akan mengirimi surat untuk siapa.
Semoga kalian dapat memakluminya. Terima kasih atas perhatiannya.
Tertanda
Halida Hanun
Saat aku menulis ini, aku sedang memandangimu dari balik jendela.
Melihatmu turun satu per satu.
Mulai dari rintik kecil hingga akhirnya menjadi rinai yang deras.
Lalu akhirnya kamu menggenangi halaman juga jalanan depan rumahku.
Hujan
Bagaimana perasaanmu ketika kamu turun, banyak orang yang mencercamu karena urusan mereka jadi terhambat?
Bagaimana perasaanmu ketika kamu datang, banyak orang jadi bersedih karena kamu mengingatkan mereka akan masa lalunya?
Hujan
Hadirmu menjawab doa kami di saat musim kemarau tiba.
Namun ketika kamu hadir terus-menerus, sosokmu yang awalnya adalah berkah lalu menjadi musibah.
Bagaimana perasaanmu ketika kamu akhirnya menyalahkanmu?
Hujan
Kemana kah kau pergi?
Tersesatkah kamu mencari jalan pulang?
Sawah-sawah tempat di mana seharusnya kamu tertampung, kini berubah menjadi petak-petak perumahan.
Jalan-jalan gang pun kini semuanya menggunakan block yang membuatmu sulit menembusnya.
Daerah-daerah pegunungan yang harusnya menjadi wadah yang bisa menyerapmu, kini dipenuhi vila-vila.
Lalu, bagaimana caranya kamu pulang?
Hujan
Maafkan kami yang telah membuatmu sulit menemukan jalan pulang.
Sekarang jika ada banjir datang, aku tahu itulah kamu yang tersesat.
Itulah kumpulan air matamu, tangis sedih dan marah karena kelakuan kami, para manusia.
Hujan
Maafkan kami
Hei tuan yang belum aku ketahui namanya
Sedang apa saat ini?
Bekerja? Pekerjaan apakah yang kamu miliki?
Apapun pekerjaanmu, aku berharap itu adalah hal yang baik dan halal.
Kalau kamu memang sedang bekerja, berarti kamu adalah pekerja keras, tangguh, juga sudah pantas untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga.
Tuan apakah orang-orang banyak yang menanyakan kapan kamu akan menikah?
Kalau iya, apa tanggapanmu?
"Doain aja"?
Tapi kata temanku kalau ada yang bertanya seperti itu jawablah dengan "segera", karena katanya perkataan adalah doa.
Tuan yang saat ini sedang menuju ke arahku, hati-hati di jalan.
Mungkin tak selalu mulus jalanmu.
Tapi ingatlah, jika kamu terjatuh kamu harus bangkit dan melanjutkan perjalanan meski dengan tertatih.
Jika kamu mulai merasa tersesat, dengarkan hatimu.
Karena dari sini aku selalu memanggil namamu untuk menuntunmu.
Hei tuan tak bernama yang suatu hari nanti mungkin aku panggil sayang,
Selangkah kakimu menujuku
Selangkah kakiku menujumu
Entah di persimpangan mana kita akan bertemu
Entah kapan kita akan berjumpa
Doaku, semoga disegerakan.
26 Oktober 2014
Hari di mana aku bertemu dengan orang asing yang memperkenalkan diri bernama Yunia. Dia berasal dari Bogor dan baru seminggu kerja di Tangerang. Kami dipersatukan karena keadaan. Di mana kereta yang kami naiki tidak bisa menuju stasiun Duri karena ada gangguan.
Mulai dari lari-lari di stasiun Jakarta Kota untuk mengejar kereta tujuan stasiun Duri, kemudian harus naik metromini dan melihat langsung korban pencopetan, dan akhirnya bisa duduk manis di bus patas menuju Tangerang.
Nyamannya kondisi bus patas membuat kami akhirnya saling bercerita. Mulai dari bagaimana kamu akhirnya bisa bekerja di Tangerang, keadaan di kantormu seperti apa, keluargamu kayak apa, hingga apa tujuan hidupmu. Begitu pun aku. Bercerita tentang kenapa aku bisa jadi guru beserta suka dukanya, juga cerita apa saja mimpi-mimpi aku yang belum terwujud.
Kami yang saling sama-sama asing akhirnya menemukan rasa percaya dan sikap terbuka. Mungkin karena orang asing melihat masalah dengan objektif. Mungkin karena orang asing tidak akan menghakimi kita. Mungkin karena orang asing tidak akan bertemu lagi nantinya.
Atau mungkin karena kita tidak kenal maka ingin saling mengenal.