Jumat, 24 Mei 2013

[Resensi] Time Will Tell

Judul: Time Will Tell

Penulis:  Okke Sepatumerah dan Riri Sardjono

Tebal: 276 halaman

Harga: Rp 45.000,-

Penerbit: Gagas Media











Dua penulis berkolaborasi. Agak aneh sih, soalnya pamor Gagas duet sudah lewat. Jadi, bisa dibilang ini nggak termasuk dalam golongan tersebut. Iya kan? Lantas kolaborasi seperti apa sih yang Okke "sepatumerah" dan Riri Sardjono lakukan? Errr...sebenarnya dibilang berkolaborasi kurang tepat juga sih. Mengingat buku ini terdiri dari dua cerita yang masing-masing ditulis oleh mbak Okke dan mbak Riri. Cerita pertama berjudul The Reunion yang ditulis mbak Okke sedangkan cerita kedua yang ditulis oleh mbak Riri berjudul 15 to Love.



1. The Reunion (4 stars)
Kanya, wanita karier yang terlihat pandai menyeimbangkan antara kehidupan pekerjaan dan rumah tangganya. Tapi siapa sangka jika dia memiliki masalah dengan ibu mertuanya yang selalu menuntut untuk lebih memerhatikan keluarga dan menjadi full time mommy. Belum lagi ia memiliki affair dengan rekan suaminya. Jadi, siapa bilang hidup Kanya sempurna?

Arlita adalah ibu rumah tangga. Sehari-hari yang dikerjakannya adalah urusan domestik. Dari luar mungkin terlihat bahagia karena ia bisa mencurahkan perhatian penuh untuk keluarganya. Namun di balik itu semua, sebenarnya ia telah kehilangan waktu untuk dirinya sendiri. Termasuk untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.

Ade, satu-satunya yang masih berstatus lajang di antara mereka. Karena statusnya itulah ia seringkali mangkir dari acara keluarga. Ia bosan mendengar pertanyaan mengenai kapan akan mengakhiri masa lajang. Belum lagi para tetua keluarganya suka nyinyir dengan pekerjaan dan penampilannya yang nyentrik.

3 sahabat. 3 masalah. Ketika akhirnya mereka berencana untuk reuni, mereka berharap bisa menceritakan masalahnya masing-masing sedangkan yang lain mendengarkan dan memberi solusi. Tapi reuni tersebut malah jadi kacau. Waktu ternyata telah mengubah mereka semua.

Saya suka sekali dengan cerita ini. Konflik sudah dimunculkan dari awal. Bahkan di lima halaman pertama saya sudah gregetan dengan ceritanya. Saya bisa merasakan gimana sebalnya Kanya sama perlakuan ibu mertuanya, bingung dan marahnya Arlita terhadap suaminya, atau malasnya sikap Ade dalam menghadiri acara keluarga. Meskipun saya agak kesal juga sih, kok baru awal aja udah banyak typo. Nih, typo:
--(hal 10) Sekaran,g aku cuma mau pergi... ---> sekarang
--(hal 12) ...aku musti waspada ---> mesti (saya cek di kateglo)
--(hal 22) Sudah banget, deh ngajakin lo ketemuan ---> susah
                ...menyerahkan jiwa, raga, dan waktunya pacarnya ---> tidakkah lebih enak jika seperti ini
                "...menyerahkan jiwa, raga, dan waktu untuk pacarnya"?
--(hal 89) Jantungku mencelos... ---> ternyata yang benar itu mencelus (saya juga baru tahu)

Biasanya kalau menemukan banyak typo di bab-bab awal, mood saya langsung berantakan untuk lanjut baca. Tapiiii... karena gaya menulis dan menuturkan yang asyik, saya jadi lanjut terus deh bacanya. Mungkin bagi yang follow akun twitter penulisnya, sudah tidak aneh dengan gaya bahasa mbak Okke. Begitulah yang ada pada cerita ini. Anehnya, saya merasa gaya bertutur ketiga tokoh seolah sama. Agak sulit membedakan jika tidak dituliskan bagian siapa yang sedang bercerita, Kanya, Arlita ataukah Ade.

Walaupun saya suka cerita ini, saya merasa sebal juga. Lagi asyik-asyik menikmati dan hanyut dalam cerita, eeeehhhhh...ceritanya udahan aja gitu. Hih. Kayak lagi seru-serunya nonton film terus mati listrik, pas nyala filmnya udah habis. Hih. Hih. Kepada mbak penulis, nggak ada niatkah untuk membuat The Reunion dalam satu novel sendiri?

2. 15 to Love (3 of stars)
Giwang bertemu Nara saat ia minta tolong dicarikan kostan oleh sepupunya. Dan sepupunya inilah yang memperkenalkan mereka berdua. 3 bulan bersama mampu menimbulkan benih cinta di hati Nara. Ia menyadarinya saat pergantian tahun. Ketika itu Giwang lebih memilih merawatnya daripada merayakan tahun baru. Tetapi ternyata cinta Nara bertepuk sebelah tangan. Giwang menganggap jika mereka berpacaran, itu artinya inses. Akhirnya mereka mencari pasangan masing-masing. Berkali-kali mereka berganti pasangan. Berkali-kali juga Nara menyatakan perasaannya pada Giwang. Setelah lima belas tahun, Giwang akhirnya harus menentukan pilihan mengenai hubungannya dengan Nara. Mampukah waktu selama itu mengubah perasaan Giwang terhadap Nara?

Sejak baca Marriagable, saya sudah jatuh cinta dengan gaya bercerita mbak Riri. Bagaimana kedua tokoh utama dikelilingi sahabat-sahabat yang melalui percakapan mereka bisa menghidupkan suasana. Hal ini pun masih ditemukan dalam cerita ini. Hanya saja saya merasa jenuh saat membacanya. Saya merasa konflik terlalu lama berputar di hal yang serupa. Memang itu untuk menggambarkan kegigihan Nara. Tapi entahlah, mungkin karena dari awal sudah bisa ditebak akan seperti apa akhirnya. Makanya pas baca merasa lama untuk mencapai klimaksnya.

Oh iya, saya juga selalu suka dengan cara mbak Riri membuat kalimat dari percakapan antartokoh yang quote-able nan jleb. Contohnya "Perempuan selalu bicara mengenai peran di belakang kesuksesan pria. tapi sebenarnya kalian memilih pria yang sudah sukses." atau "Pacaran dengan sahabat adalah hal yang mungkin. tapi, bersahabat dengan mantan pacar, itu baru tantangannya." Untuk masalah typo, di cerita ini sih saya hanya menemukan satu saja, yaitu di halaman 192 penulis gedug yang seharusnya gedung.

Nah, satu lagi yang saya kurang suka dari cerita ini ada pada bab terakhir. Kalau tujuan dari bab tersebut untuk mengingatkan janji yang dibuat Nara-Giwang, saya rasa jika pembaca cermat sudah bisa menangkapnya. Karena saya lebih suka ending-nya adalah adegan di lift yang terdapat di bab sebelumnya. Saya merasa pas aja gitu kalau berhenti di sana.

Well, secara keseluruhan saya suka dengan buku ini. Kalau dirata-rata ratingnya jadi 3,5 bintang. Tapi karena saya suka dengan gaya bertutur kedua penulis, saya bulatkan jadi 4 bintang deh. ;)

2 komentar:

  1. jadi penasaran setelah baca review kamu
    jadi pengen beli :))
    review buku yg bagus halida

    Salam kenal
    Astri
    astrisulaika.blogspot.com

    BalasHapus
  2. wah, terima kasih sudah dibilang bagus. :)

    ayo dibeli, saya sih merekomendasikan buku ini layak baca. syukur-syukur selera kita sama, jadi saya nggak salah kasih rekomendasi. :)

    BalasHapus