Minggu, 30 Oktober 2011

Oktober 2011





Tidak terasa lusa sudah memasuki bulan baru, November
Sepertinya baru kemarin saya tidak sabar menunggu kedatangan Oktober
Hm… Oktober tahun ini begitu datar sekali
Tidak ada yang membuat perut saya digelitiki kupu-kupu karena membaca sebuah pesan ulangtahun tepat pukul 00.00
Tidak ada yang membuat muka saya bersemu merah saat membaca satu per satu ucapan ulangtahun di semua situs jejaring yang saya miliki
Tidak ada kejutan di sepanjang hari ulangtahun saya
Semuanya terasa datar
Flat
Plain
Mungkin itu tandanya, saya perlu waktu sendiri, benar-benar sendiri untuk merenungi perjalanan saya selama 21 tahun ini
Mungkin itu tandanya, saya harus berduaan saja dengan Tuhan, mengucap beribu-ribu syukur pada-Nya
Mungkin itu tandanya, merayakan ulangtahun seorang diri bukanlah suatu ide yang buruk
Namun…
Terlepas dari itu semua saya mengucapkan banyak terimakasih
Terimakasih untuk semua orang yang sudah menyempatkan diri  mengetik sebuah pesan ucapan selamat ulangtahun untuk saya
Terimaksih untuk semua doa yang kalian panjatkan dan mengalir untukku
Terimakasih untuk ibu yang menelepon saya pukul 1 dinihari dan memanjatkan doa-doanya diiringi isak tangisnya dan isak tangisku
Terimakasih Tuhan karena Oktober tahun ini saya tidak perlu masuk rumah sakit seperti tahun lalu
Terimakasih untuk segalanya
Terimakasih
Semoga tahun depan masih bisa merasakan oktober lagi
Oktober yang lebih baik dan indah :)





with ♥
hanun

Jumat, 28 Oktober 2011

Sumpah Pemuda

SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :

- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA


Hari ini, tanggal 28 Oktober 2011, tepat 83 tahun kita memperingati Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda ada bukan untuk diperingati semata, tapi juga untuk dimaknai. Lalu bagaimana kita memaknai Sumpah Pemuda? Kalau dalam kacamata saya, saya memaknai Sumpah Pemuda sebagai berikut: 


Selasa, 11 Oktober 2011

Hadiah Spesial di Hari Ulang Tahunku


Sayup-sayup terdengar suara adzan subuh dari masjid di samping rumah saat aku menerima telepon dari ibu yang langsung disambut dengan “Selamat ulang tahun,anakku”. Hari ini memang hari ulang tahun ke yang ke dua puluh satu. Dan setelah mengakhiri percakapan dengan ibu, aku langsung tersenyum sembari mengucap syukur, “Terimakasih Tuhan atas usiaku yang sudah menjejak ke angka dua puluh satu”. Aku bergegas keluar kamar untuk mengambil air wudhu. Tapi alangkah terkejutnya aku ketika membuka pintu. 

Sebuah meja kecil menghadangku. Satu mug besar berisi latte. Sepotong roti bakar berbentuk love  yang tidak begitu sempurna, sepertinya berisi parutan keju dan susu kental manis. Setangkai bunga tulip berwarna merah. Satu lembar foto diriku, kalau dilihat-lihat diambil candid karena aku tidak ingat sama sekali pernah difoto dengan pose itu. Dan yang terakhir sebuah amplop putih. Semua itu tertata rapih di atas meja kecil di hadapanku.

Sejenak aku hanya terkesima. Sampai akhirnya aku sadar, aku harus membaca isi surat dalam amplop putih itu dan berharap dapat mengetahui siapa yang telah melakukan ini semua. Aku buka amlpop itu dan dengan perlahan membuka lipatan surat yang ada di dalamnya. Serangkaian tulisan yang tidak begitu rapih langsung menyergap mataku. Aku pun mulai membaca isi surat itu.


Rabu, 05 Oktober 2011

Semoga Kamu Baca Ini :")

Saat ini saya sedang menahan diri sekuat tenaga untuk tidak men-dial nomor telepon kamu
untuk tidak berbicara denganmu meski sungguh saya ingin mendengar suaramu

Saat ini saya sedang menahan diri sekuat tenaga untuk tidak membuka fitur pesan di handphone saya
untuk tidak mengetik sebuah pesan singkat bahkan sekedar kata "hai" yang kemudian saya kirimkan ke kamu

Saat ini saya sedang menahan diri sekuat tenaga untuk tidak menulis sesuatu di dinding profil facebook-mu

Saat ini saya sedang menahan diri sekuat tenaga untuk tidak mengecek timeline twitter kamu yang kemudian akan mendorong saya untuk me-mention kamu

Saat ini  saya sedang menahan diri sekuat tenaga untuk tidak membuka kontak whatsapp kamu dan menekan tuts-tuts layar sentuh telepon seluler saya lalu menekan tombol send

Saat ini saya sedang membuat entri baru di blog saya, mencoba menumpahkan segalanya melalui sebuah tulisan

Saat ini saya sedang berharap ketika saya mem-publish tulisan ini kamu akan membacanya dan menyadari semua huruf-huruf yang terangkai saya ciptakan untuk kamu
Ya, KAMU!

Kamu yang sudah memberantaki pikiran saya akan halusinasi tentangmu
You drive me crazy, boy!
You drive me crazy like hell

I just want you to know that
I just need a shoulder to cry on, and I want yours
I just need someone to talk, and it's you
You,,,



with ♥
hanun

Selasa, 04 Oktober 2011

#5 Yang Tak Akan Hilang

Tak terasa permainan #15harimenulisdiblog sudah memasuki hari ke-#5. Hari ini temanya hilang. Hmm... tulisan ini bukan tentang sesuatu yang hilang. Tak ada guna membicarakannya, karena yang telah #hilang tidak mungkin kembali. Tulisan ini tentang sesuatu yang tak akan hilang.

----------------------------------------------------------------------------------------------


Sore itu aku hanya berdua saja dengan ibu di rumah. Ibu asyik menonton drama korea kesayangannya di televisi. Sementara aku sibuk dengan smartphone di genggaman dan tenggelam dalam twitter-land. Tiba-tiba ibu memanggilku ketika layar kaca sedang menayangkan iklan.
“Mbak”.
“Hmm… apa bu?”, sahutku.
“Kemarin teman ibu ada yang nanya, ibu udah nyiapin warisan apa buat mbak dan dede?”.
“Terus ibu jawab apa?”, tanyaku penasaran.
“Ibu cuma bisa mewariskan ilmu”.
Lalu ia melanjutkan, “Yah mbak kan tahu kita bukan orang kaya. Ibu sama bapak nggak punya apa-apa. Tanah hanya punya sepetak. Emas pun cuma ada beberapa gram. Mungkin bukan harta yang dapat ibu wariskan, tapi ilmu. Ilmu yang selama ini ibu dan bapak ajarkan kepada mbak dan dede. Ilmu yang akan menuntun kalian menjadi sukses. Ilmu tak akan berkurang, justru akan semakin bertambah ketika kamu mengamalkannya dengan baik. Ilmu adalah warisan yang tidak akan pernah hilang, sekalipun kamu tak punya harta benda.”
Aku tertegun mendengar penuturan ibu. Seketika aku langsung memeluknya dan berkata, “Makasih bu. Makasih atas warisan yang ibu kasih”. Aku memeluknya erat dan tak terasa sebulir air mata menetes di pipiku. :’)


#15HariMenulisBlog
#5 #Hilang
Tulisan #4 Linimasa
Tulisan #3 Kenal Belum Tentu Sayang
Tulisan #2 Malam Minggu Kliwon


with ♥
hanun

Minggu, 02 Oktober 2011

#3 Kenal Belum Tentu Sayang

Pepatah bilang "tak kenal maka tak sayang", benarkah demikian? Apakah orang yang sudah saling mengenal pasti akan selalu saling menyanyangi? Dari kecil aku tidak pernah kenal, tidak pernah tahu siapa Bapakku. Setiap kali aku bertanya pada ibu, beliau hanya menjawab "Sudahlah kamu tidak usah bertanya tentang bapak lagi, lebih baik kamu belajar saja, biar pintar dan jadi orang sukses".Selalu itu yang ku dengar atas pertanyaan yang sama yang akhirnya membuatku bosan untuk menanyakannya pada ibu, bukan karena sudah mengetahui jawabannya namun karena aku tahu jawaban yang keluar dari mulut ibu tak akan pernah memuaskanku.

Hingga kini aku menginjak usia 25 tahun. Aku telah memenuhi keinginan ibu, menjadi orang sukses. Aku bekerja di sebuah bank swasta. Penghasilanku lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kami berdua. Sering kali aku harus pulang larut malam dan membiarkan ibu seorang diri di rumah karena tuntutan pekerjaan. Semuanya berjalan baik-baik saja, sampai kejadian hina itu terjadi.


Sabtu, 01 Oktober 2011

#2 Malam Minggu Kliwon

Seperti malam-malam kliwon sebelumnya, Paijo sedang mempersiapkan sesajen untuk Jeanny, jin peliharaannya yang membantu kisah asmara Paijo agar selalu berjalan mulus dengan kekasihnya, Painem. Setangkai mawar putih, sebatang coklat Cadburry Dairy Milk dan sebuah boneka Teddy Bear sudah disiapkan di sebuah gazebo kosong di taman depan rumahnya. Lalu ia mulai membacakan sebuah puisi cinta untuk memanggil Jeanny. Seketika muncul asap yang menandakan kedatangan Jeanny. Tak ada percakapan di antara Paijo dan Jeanny. Mereka hanya berdansa diiringi alunan desau angin di antara pepohonan dan membiarkan langkah kaki menggiring mereka ke dalam suatu gerakan harmonis. Di penghujung dansa, mereka berpagutan cukup lama, “Agar pesonamu tidak hilang dan Painem selalu lengket denganmu” begitu tutur Jeanny saat Paijo bertanya mengapa ia harus menciumnya. Begitulah ritual yang dilakukan Paijo bersama Jeanny yang harus merelakan beberapa  malam minggunya tanpa Painem. Sebuah ritual di malam minggu kliwon.


#15harimenulisblog
#2  Malam Minggu


with ♥
hanun