Selasa, 21 Juni 2011

Ayah: Idola yang Ku Benci


Errghhh.. Aku mengerang sambil menggeliatkan badan. Baru saja terbangun dan langsung mencari hp, ternyata sudah pukul 06:58. Pantas saja di balik gorden sudah sangat terang. Seperti biasa, hal pertama yang aku lakukan ketika bangun tidur adalah mengecek akun twitterku. Pagi ini timelineku penuh dengan quotes tentang ayah. Rupanya hari ini adalah father’s days.

Aku sedikit termenung membaca tweets berisi quotes tentang ayah. Sungguh aku pun ingin membuat kalimat-kalimat indah yang berisi pujian atau rasa terima kasihku untuk ayah. Namun, yang terjadi aku hanya tercenung. Terdiam. Bagaimana bisa aku memuji ayah sedangkan ada sebagian dari hati ini yang membencinya? Apakah aku benar-benar akan berterima kasih pada ayah padahal ia telah menorehkan luka di hatiku?

Pikiranku berkelana, mengingat akan satu sosok. Ayah. Ayahku memiliki wajah yang biasa saja, tetapi menurutku ia adalah laki-laki paling ganteng di dunia ini. Ia bekerja sebagai pegawai negeri dengan gaji yang tidak terlalu besar, tapi buatku ia adalah seorang raja yang memiliki harta berlimpah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dan aku, aku akan selalu menjadi putri kecil baginya. He is not a romanctic man. He even forgets my birthday. But it’s okay for me. Walaupun awalnya jengkel, tapi aku dapat memakluminya. Aku sangat menikmati saat aku dan ayah membaca buku dan mendengarkan musik bersama. Ayah tenggelam dalam bacaan mengenai politik sedangkan aku asyik dengan novel-novel remaja. Ya, kita memang mempunyai hobi yang sama walaupun selera kita berbeda. Ayah yang akan sangat khawatir saat aku sakit. Ayah yang perut buncitnya suka aku tepuk-tepuk. Ayah yang suka aku mintai uang secara sembunyi-sembunyi dari bunda. Ayah sang idola. Tapi.... itu dulu. Hingga peristiwa menyakitkan itu terjadi.